Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Hanifah Oswari mengatakan orang tua perlu waspada apabila bayi masih berwarna kuning meski lebih dari 14 hari karena menjadi pertanda kelainan hati.

"Jadi umumnya bayi-bayi itu 85 persen itu sudah tidak kuning pada usia dua minggu. Memang ada 15 persen bayi itu yang masih kuning, tapi kita mesti berhati-hati karena mayoritas sudah tidak kuning pada usia dua minggu," ujarnya.

Dalam "Deteksi Dini Penyakit Kuning pada Anak" yang disiarkan RSCM di Jakarta, Selasa, Hanifah menyebut pada hari kedua atau ketiga, warna kuning pada bayi normal dan warna tersebut berasal dari bilirubin dalam darah.

Terdapat dua jenis bilirubin yaitu indirect dan direct, yang keduanya menjadi bilirubin total. Dia menyebutkan setelah 14 hari apabila masih kuning, maka ada kemungkinan bahwa bilirubin direct meningkat, yang menandakan ada kelainan hati.

"Nah pada dua minggu pertama biasanya yang meningkat itu umumnya bilirubin indirect. Nah ini hanya bahaya kalau kuningnya itu beberapa hari pertama, terutama 5-7 hari pertama lahir itu bisa bahaya," ucapnya.

Baca juga: Dokter spesialis anak sebut bayi kuning tidak perlu dijemur

Hal tersebut, lanjutnya, karena apabila mendadak tinggi pada hari-hari tersebut, berarti ada kelainan lain selain hati, yang dapat menyebabkan kecacatan karena teracuni oleh bilirubin indirect.

Dia menyebut orang sering mengatakan untuk menjemur bayi di bawah sinar matahari sebagai solusi, namun hal tersebut dapat dilakukan apabila bilirubin indirectnya tinggi.

"Dan itu pun sebenarnya tidak efektif dengan pemberian di sinar matahari. Kecuali kalau kita rawat, kita berikan sinar khusus, lampu khusus itu baru efektif," katanya.

Hanifah mengatakan sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk mengetahui jenis bilirubin yang mana yang tinggi.

"Kalau bilirubin direct tinggi lebih dari 1 mGdL, nah ini ada PR lagi buat dokternya. Bahwa hati-hati, karena dari antara yang bilirubin direct tinggi yang kita sebut kolestasis, itu ada atresia bilier. Nah kalau atresia bilier, kita punya waktu sangat pendek," katanya.

Baca juga: Orang Tua Wajib Waspadi Bayi Menguning Permanen

Dia mengatakan atresia bilier adalah kerusakan saluran empedu, sehingga tidak dapat mengalir dari hati ke dalam usus. Karena hal tersebut, kata dia, cairan itu menumpuk di hati, dan akhirnya merusak sel hati hingga terjadi sirosis.

Menurutnya, bayi yang terkena atresia bilier dapat terkena sirosis hati hanya dalam waktu kurang dari dua bulan, sehingga perlu segera ditolong. Apabila pertolongan ditunda, ujarnya, maka dapat menjadi keadaan yang membahayakan, dimana bayi tersebut hanya bisa ditolong melalui transplantasi.

Operasi kasai, ujarnya, dapat dilakukan guna menangani atresia bilier dengan menunda transplantasi tersebut.

"Pada beberapa anak sudah bisa kita lihat, ada yang sampai 20 tahun, hatinya tetap bagus. Kemarin ada salah satu pasien saya kasih tahu ada anak muda umur 34 ke 35 tahun masih sehat dengan hatinya sendiri tanpa ditransplan," katanya.

Baca juga: RSCM berhasil operasi transplantasi hati pasien dewasa dengan komorbid
Baca juga: Sesekali tak makan daging bisa bermanfaat bagi penderita penyakit hati

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024