Jakarta (ANTARA) - Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Energi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Haruni Krisnawati, menyebutkan bahwa perempuan menjadi kunci dalam upaya konservasi air.

“Perempuan itu berperan sebagai agen perubahan yang aktif di level keluarga, komunitas, karena perempuan juga yang menjadi kunci mengelola itu, untuk memikirkan hal-hal yang berkelanjutan di dalam pengolahan air,” katanya saat ditemui usai acara Indonesia Women Leaders Forum 2024 yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia (UI) di Jakarta, Rabu.

Haruni juga menegaskan, peran perempuan sangat penting dalam isu-isu keberlanjutan, mengingat di level yang paling kecil, yakni keluarga, aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh perempuan sangat dekat dengan air dan lingkungan.

“Ibu-ibu kita itu memiliki peran penting bagaimana untuk memanfaatkan air yang terbatas, tetapi bisa mencukupi semua keluarga, termasuk kalau misalnya di desa itu mungkin hanya sedikit ada sumber mata air, bagaimana dia berbagi kepada seluruh komunitas di situ secara adil,” katanya.

Selain itu, menurutnya, perempuan juga selalu menjadi barisan terdepan untuk isu-isu berkelanjutan yang mendorong komunitas agar bisa mengelola air dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi keluarga.

“Perempuan selalu menjadi yang barisan untuk isu-isu keberlanjutan, bagaimana memanfaatkan air secara bijaksana dan tidak boros, dan dalam Indonesia Women Leaders Forum ini, sudah banyak kita saksikan di sektor pabrik, kewirausahaan, kemudian di pendidikan, dunia penelitian dan advokasi, saya kira bisa dilihat bagaimana peran-peran wanita dan tadi sudah teruji untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi kita lewat pengelolaan lingkungan,” katanya.

Ia juga menyebutkan, pihaknya terus berkolaborasi secara berkelanjutan dengan UI untuk riset-riset di bidang keanekaragaman hayati, konservasi, perubahan iklim, dan isu-isu tentang lingkungan lainnya.

“Di setiap konten pengambilan kebijakan, kita tidak terlepas dengan akademisi. Jadi kita selalu melibatkan para akademisi, baik isu keanekaragaman hayati, konservasi, hingga isu perubahan iklim. Di UI juga ada pusat riset perubahan iklimnya. Kita juga selalu melibatkan dalam setiap, bahkan di seetiap negosiasi perubahan iklim di PBB, itu juga kita mengundang akademisi, termasuk dari UI,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris UI dr Agustin Kusumayati mengemukakan, perempuan berperan untuk melestarikan lingkungan mulai dari lingkup rumah tangga, hingga lingkup yang lebih besar, misalnya pemerintahan, untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang inklusif dan berpihak pada keadilan gender.

Menurutnya, kehidupan yang dibawa saat mengandung juga melatih perempuan untuk berpikir bagaimana menjaga keberlangsungan hidup dan menciptakan generasi yang berkualitas di masa depan.

“Perempuan akan menjadi guru kehidupan pertama bagi anak. Pendidikan yang layak pada perempuan mendorong pengembangan karakter serta membuka kesempatan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Karena itu, perempuan turut berperan dalam rencana pembangunan pemerintah, yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” kayanya.

Selain itu, sambung dia, beberapa poin penting dalam pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs), juga mendukung upaya pemenuhan hak-hak perempuan, kesetaraan, dan keadilan gender, serta pengarusutamaan gender dalam pembangunan.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
COPYRIGHT © ANTARA 2024