Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta kader posyandu mengukur balita dengan benar untuk menyelaraskan data stunting antara elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI).  

“Saya berharap melalui pengukuran dan penimbangan yang disiplin dan tertib, pengukuran yang nantinya diperoleh dari posyandu yang ada di dalam EPPGBM wilayah bapak/ibu kader sekalian, tidak jauh berbeda dari hasil survei,” kata Hasto dalam diskusi kelas orang tua hebat yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.  

Baca juga: Kepala BKKBN: Pemadanan data stunting EPPGBM dan SKI penting

Hasto menyebutkan, selama ini para kader telah bekerja keras untuk mendapatkan data pengukuran balita, tetapi masih terjadi perbedaan antara data di EPPGBM dengan data di Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) maupun SKI.  

“Bapak/ibu kader di lapangan sudah bekerja keras untuk mendapatkan data tentang pengukuran balita, tetapi hasil stunting masih tinggi, karena data yang ada di kader dan pendamping keluarga ternyata tidak matching (cocok) dengan SSGI maupun SKI,” ucapnya.  

Untuk itu, ia menekankan kepada para kader agar menggunakan alat ukur yang standar.

“Saya tekankan kepada para kader bahwa pengukuran ini sangat penting, untuk menggunakan alat ukur yang standar, lalu mengukur dengan benar, dan tenaga yang mengukur juga harus terlatih,” ujar dia.  

Baca juga: Kemenkes optimalkan akurasi data stunting lewat pelatihan SDM

Menurutnya, data berdasarkan nama dan alamat (by name by address) yang dikumpulkan oleh para kader dan tim pendamping keluarga lebih baik karena dekat dengan objek pengukuran daripada data persentase yang sebatas gambaran saja.

“Data by name by address oleh tim pendamping keluarga, para kader posyandu itu lebih baik karena akan menunjukkan siapa yang harus diterapi, sedangkan angka-angka dalam bentuk persentase itu hanya gambaran saja, tetapi untuk mencari orangnya juga tidak mudah,” paparnya.

Dokter spesialis kandungan ini juga mengajak seluruh keluarga di Indonesia untuk aktif datang ke posyandu.

“Saya mengajak kepada seluruh keluarga yang ada di Indonesia, datanglah ke posyandu sebulan sekali untuk melakukan pengukuran tinggi, berat, dan panjang badan anak-anak ibu/bapak sekalian,” tuturnya.

Ia menegaskan, dengan pengukuran yang tepat dan dilakukan oleh kader posyandu, tim pendamping keluarga, serta tim percepatan penurunan stunting, maka dapat memotret data stunting secara riil, benar dan cocok, sesuai dengan yang didapatkan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan.

Baca juga: Kepala BKKBN: Perlu padu padan data stunting sesuai arahan Wapres
Baca juga: Kepala BKKBN minta hidupkan data percepat penurunan stunting
Baca juga: BKKBN sebut perlu upaya penguatan data dalam penanganan stunting

 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
COPYRIGHT © ANTARA 2024