Solok (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Barat menduga alasan harimau sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) keluar dari habitatnya dan masuk ke halaman masjid di Kabupaten Solok karena habitatnya diganggu aktivitas manusia.

"Harimau yang keluar dari habitatnya itu disebabkan karena adanya aktivitas beberapa orang, tetapi bukan masyarakat sekitar yang masuk dalam habitat tersebut untuk melakukan pemikatan burung," kata Plh Kepala BKSDA Sumbar Dian Indriati saat dikonfirmasi dari Solok, Jumat terkait kemunculan harimau di pekarangan Masjid Alisma Alius Lubuk Selasih, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumbar.

Ia menjelaskan, para pemikat burung tersebut takut akan kemunculan harimau sehingga mereka menggunakan bunyi-bunyian yang membuat harimau itu takut dan keluar dari habitatnya, akhirnya memasuki pekarangan masjid.

Dian juga menjelaskan alasan lain yang menyebabkan harimau itu bisa masuk ke pekarangan masjid lantaran area di sekitar masjid merupakan hutan konservasi dan hutan lindung.

"Karena lingkungan masjid tersebut dikelilingi oleh hutan konservasi dan hutan lindung," ungkapnya.

Baca juga: Seekor harimau terekam kamera CCTV masjid di Lubuk Selasih Solok
Baca juga: Polres: Harimau mangsa ternak warga di Aceh Timur


Kendati demikian, ia mengatakan tim BBKASDA bersama tim gabungan dan pemerintah daerah setempat sudah melakukan berbagai upaya untuk menggiring kembali harimau tersebut ke hutan atau habitatnya.

"Tim gabungan sudah berada di lokasi kejadian untuk melakukan upaya mitigasi dan mengedukasi agar masyarakat tenang," katanya.

Selain itu, tim juga melakukan upaya penggiringan satwa ke habitatnya yang berbatasan langsung dengan habitat harimau di kawasan hutan. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat tenang dan tidak terdapat korban jiwa baik dari pihak manusia maupun satwa.

Dian juga mengimbau agar masyarakat tidak melakukan penangkapan, melukai atau bahkan membunuh satwa yang dilindungi.

Karena bagi yang melakukan hal tersebut akan mendapat sanksi berdasarkan pasal 40 Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 Undang-Undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (KSDAHE).

Bagi siapa pun yang melanggar undang-undang tersebut akan dikenai sanksi penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp100 juta.

Baca juga: Tim gabungan berhasil tangkap harimau pemangsa manusia di Suoh
Baca juga: BBKSDA Riau pasang kamera jebak usai pekerja tewas diterkam harimau
Baca juga: BKSDA Sumbar turunkan tim tangani konflik harimau mangsa ternak

Pewarta: Rahmatul Laila
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2024