Jakarta (ANTARA) - Save The Children mendukung langkah Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI yang mendorong solusi dua negara atau two state solution untuk konflik Palestina-Israel.

“Kami sangat menghargai langkah cepat yang dilakukan oleh Retno Marsudi selaku Menteri Luar Negeri RI, yang mendesak negara-negara Eropa untuk mendorong implementasi two state solution, di mana salah satunya adalah gencatan senjata segera dan gencatan senjata permanen,” kata Interim Chief of Advocacy, Campaign, Communication and Media Save the Children Indonesia Tata Sudrajat dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Save The Children juga mengecam kekerasan brutal yang terjadi di Kota Rafah, Palestina, di mana puluhan orang yang mencari perlindungan tewas dan ratusan orang terluka.

“Save the Children di seluruh negara termasuk di Indonesia menyerukan tindakan mendesak dan segera untuk melindungi warga sipil di Rafah dan di seluruh jalur Gaza,” ujar Tata.

Baca juga: Menlu RI minta Eropa dukung solusi dua negara untuk isu Palestina

Sementara itu, Country Director Save the Children di Wilayah Pendudukan Palestina Xavier Joubert menegaskan bahwa para pemimpin di dunia harus segera bertindak tegas karena sudah tidak ada lagi tempat yang benar-benar aman bagi anak-anak dan keluarga di Gaza.

“Anak-anak dan keluarga hidup menderita secara perlahan seperti kelaparan, gangguan pada kesehatan mental dan fisik, cedera fisik serius, termasuk kehilangan bagian tubuh, keluarga, rumah, serta sekolah mereka,” ujar Xavier.

Untuk itu, Save the Children di seluruh negara menyerukan tindakan mendesak gencatan senjata demi melindungi warga sipil di Rafah dan di seluruh jalur Gaza-Palestina.

Baca juga: Norwegia: Solusi dua negara jalan terbaik untuk Palestina dan Israel

Serangan-serangan Israel kepada Palestina terjadi kurang dari seminggu setelah International Courte of Justice (ICJ) atau Pengadilan Internasional memerintahkan Israel untuk segera menghentikan serangan militer di Rafah dan memperbolehkan pasokan bantuan kemanusiaan esensial untuk masuk.

Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (28/5) menegaskan gambaran suram menyusul serangan udara yang dilakukan Israel di sebuah kamp di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan pada Minggu (26/5), dan mengungkapkan bahwa sedikitnya 200 orang terbunuh.

“Menurut beberapa sumber medis asing yang berbicara kepada tim kami, sedikitnya 200 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan tersebut,” kata Direktur Komunikasi Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) Juliette Touma.

Baca juga: China-Indonesia sepakat soal "solusi dua negara" untuk Palestina

Menggarisbawahi akibat serangan yang "sangat besar", Touma menekankan bahwa peristiwa tersebut "secara umum menambah rasa takut akan kematian".

Menurut Touma, pengungsian masih berlangsung, mengingat lebih dari satu juta orang telah meninggalkan Kota Rafah sejak 6 Mei.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024