Medan (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan kondisi hutan alam Taman Nasional Gunung Leuser yang masih terjaga dengan baik dan memiliki peran penting dalam upaya penanganan perubahan iklim yang dilakukan oleh Indonesia.

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko ditemui usai acara jamuan dengan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia Andreas Bjelland Eriksen di Medan, Sumatera Utara pada Sabtu malam, mengatakan pihak Norwegia senang melihat komitmen Indonesia di dalam menjaga hutan alam.

"Gunung Leuser kan hutan alam yang relatif utuh dijaga dari kerusakannya itu juga nanti akan berkontribusi terhadap mitigasi pengendalian perubahan iklim," ujar Dirjen KSDAE KLHK Satyawan usai kunjungan Menteri LHK RI Siti Nurbaya, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia Andreas Bjelland Eriksen ke Bukit Lawang.

Dia menjelaskan terjaganya hutan alam di dalam kawasan konservasi seperti Taman Nasional Gunung Leuser berkontribusi dalam upaya Indonesia mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), karena kemampuannya menyerap emisi GRK masih sangat tinggi.

"Emisi yang dihasilkan juga sangat rendah karena tidak ada degradasi atau deforestasi dari lahan hutan," jelasnya.

Baca juga: Menteri LHK RI dan Norwegia lihat kerja tekan deforestasi di TN Leuser

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK Laksmi Dhewanthi mengatakan kunjungan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia Andreas Bjelland Eriksen ke Bukit Lawang pada hari ini, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser, memperlihatkan kinerja Indonesia dalam pengurangan emisi di sektor kehutanan.

Upaya konservasi ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser baik satwa maupun ekosistemnya, jelas Laksmi, merupakan bagian dari upaya Indonesia mencapai Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 di mana tingkat serapan sektor kehutanan lebih besar dibandingkan emisi yang dihasilkan pada 2030.

"Alhamdulillah karena kalau ke lapangan kan kita menunjukkan hasil nyata bukan hanya tulisan atau report atau laporan tertulis tapi langsung ke lapangan," demikian Laksmi Dhewanthi.


Baca juga: Daun akar kuning dan temuan pengobatan mandiri orangutan di hutan Aceh

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2024