Denpasar (ANTARA) - Made Taro, sang maestro dongeng dan permainan tradisional Bali, memberikan pelatihan permainan tradisional kepada puluhan guru PAUD/TK di Kota Denpasar, yang menjadi kegiatan awal dari rangkaian ajang Rare Bali Festival 2024 di Ibu Kota Provinsi Bali.

"Permainan tradisional itu, selain merupakan aktivitas budaya, juga sarat dengan nilai-nilai karakter," kata Made Taro saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan Workshop Permainan Tradisional Bali di Rumah Budaya Penggak Men Mersi di Denpasar, Senin.

Made Taro didampingi Gede Tarmada (praktisi bahasa dan sastra Bali yang juga putra Made Taro), melatih permainan tradisional kepada puluhan guru PAUD/TK di Kota Denpasar ini mulai dari lagu untuk mengiringi permainan tradisional hingga cara bermainnya.

Baca juga: Gubernur Bali: sastra jadi media sebarkan nilai-nilai luhur

Ada lima jenis permainan tradisional Bali yang dilatih kepada para guru PAUD/TK di Denpasar dan kesemuanya itu merupakan kreasi Made Taro. Ada permainan tradisional Godog-Godogan, Keranjang Duren, Sepit-Sepitan, Kul Kuk dan Kedis-Kedisan.

Made Taro yang juga pendiri Sanggar Kukuruyuk ini berpandangan karakter anak-anak juga dapat terbentuk melalui permainan tradisional atau di Bali dikenal dengan nama "plalianan" itu.

"Melalui permainan tradisional, bisa terbentuk karakter disiplin, kebersamaan dan need for achievement atau keinginan untuk berprestasi. Jadi, permainan tradisional itu sarat dengan nilai-nilai karakter," ucap maestro berusia 84 tahun ini.

Gede Tarmada yang juga putra Made Taro menambahkan melalui permainan tradisional juga dapat melatih keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik anak-anak.

"Jadi, bagaimana caranya menghindar, berlari, menjaga dan sebagainya untuk memenangkan permainan. Dengan bermain juga memberikan rasa nikmat pada anak-anak yang memang identik dengan masa bermain," ucapnya.

Baca juga: Festival Bali Berkisah tampilkan keragaman karya sastra

Meplalian atau melakukan permainan tradisional, kata Tarmada, sekaligus menjadi media informasi pendidikan dan nilai-nilai budaya Bali. "Permainan tradisional itu ciri-cirinya menggunakan gerakan yang sederhana, mudah dimainkan, bersifat kolektif dan luwes," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak-Persatuan Guru Republik Indonesia (IGTKI PGRI) Kota Denpasar Ni Nyoman Puspitawati Yasa menyampaikan apresiasi telah dilakukan pelatihan atau workshop terkait permainan tradisional itu.

"Melalui permainan tradisional dapat mengasah karakter anak-anak untuk bekerja sama, mengasah nalar, kemampuan motorik kasar dan halus. Namun, fenomenanya saat ini permainan tradisional sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak, terlebih yang tinggal di perkotaan dan juga lapangan bermain yang luas sudah mulai berkurang. Anak-anak kini beralih ke gadget," ucapnya.

Oleh karena itu, menurut Puspitawati, permainan tradisional diharapkan dapat dilatih dan diajarkan kembali di sekolah-sekolah secara berkelanjutan. Tidak hanya pada jenjang TK, tetapi juga di jenjang yang lebih tinggi.

Ketua Panitia Rare Bali Festival (RBF) 2024, I Putu Suryadi mengatakan hasil dari kegiatan workshop itu akan menjadi materi lomba saat digelarnya RBF 2024, yang direncanakan digelar pada 24 dan 25 Juli 2024.

Rare Bali Festival pertama kali digelar pada 2014, bekerja sama dengan Pemerintah Kota Denpasar. RBF hadir di tengah tantangan dan permasalahan karakter anak-anal saat ini.

"Kegiatan ini bertujuan untuk membuat ruang lebih bagi anak-anak serta mengakomodasi upaya pelestarian permainan tradisional anak-anak yang belakangan mulai ditinggalkan. Terlebih dinamika kecepatan penggunaan digital yang sulit dibendung, bisa berdampak positif, namun tak sedikit berdampak negatif, terutama pada ruang dan waktu bermain anak-anak yang kian terbatas," ucapnya.

Mengamini Suryadi, pendiri Rare Bali Festival, Kadek Wahyudita menambahkan melalui kegiatan tersebut juga sebagai salah satu upaya untuk memberikan jaminan kepada maestro Made Taro bahwa permainan tradisional Bali yang selama ini telah dirawat dan dilestarikan akan tetap dibumikan.

Baca juga: Sandiaga ingin pentas seni Sastra Saraswati Bali diadakan tiap tahun

Baca juga: Ari Dwipayana: Geliat sastra Bali tetap hidup di masa pandemi


"Beliau tidak sendiri dalam menyemaikan kebudayaan Bali dalam bentuk permainan tradisional yang fenomenanya kini sudah mulai ditinggalkan. Ke depan, kami juga akan mencoba membuatkan tutorial dalam bentuk buku maupun video dan diberikan aransemen musik dengan garapan sedemikian rupa, sehingga bisa tetap trendi dan digemari anak-anak," ujar Wahyudita.

Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar I Nyoman Suryawan saat membuka acara menyampaikan sangat penting adanya kolaborasi kegiatan pelestarian budaya seperti halnya melalui permainan tradisional ini. "Pendidikan itu tentu tidak hanya berbicara soal ilmu pengetahuan, tetapi juga pendidikan karakter yang salah satunya dibentuk melalui permainan tradisional," katanya.
Maestro dongeng dan permainan tradisional, Made Taro (dua dari kanan), saat menerima piagam penghargaan dalam workshop permainan tradisional kepada puluhan guru PAUD/TK di Kota Denpasar, di Denpasar, Senin (3/6/2024). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2024