Jakarta (ANTARA) - Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) telah menjadi solusi penanganan penyakit batu empedu atau cholelithiasis karena memberikan diagnosis yang lebih akurat serta relatif minim tindakan invasif dibandingkan metode bedah lainnya.

Dokter spesialis penyakit dalam, konsultan gastroenterology hepatologi RS Siloam MRCCC Semanggi  Dr dr Irsan Hasan, Sp.PD, KGEH, FINASIM menjelaskan bahwa cholelithiasis merupakan kondisi medis akibat terbentuknya batu di dalam kantong empedu.

Salah satu gejala yang paling umum adalah munculnya nyeri perut bagian kanan atas secara mendadak, bahkan rasa sakit tersebut dapat menjalar ke punggung dan bahu.

Batu empedu terbentuk ketika substansi seperti kolesterol, garam empedu, atau zat-zat lainnya terjadi secara tidak seimbang dalam empedu.

Baca juga: Dokter sebut penyakit batu empedu lebih sering diderita perempuan

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu empedu, antara lain obesitas, kehamilan, riwayat keluarga dengan masalah batu empedu, kebiasaan makan yang tidak sehat, dan penurunan berat badan yang cepat.

Berdasarkan komposisinya, batu empedu dapat dibedakan menjadi tiga jenis utama. Pertama batu kolesterol yang terbentuk ketika konsentrasi kolesterol dalam empedu melebihi kemampuan empedu untuk melarutkannya. Batu jenis ini biasanya berwarna kuning hingga cokelat.

Kedua, batu pigmen yang terbentuk ketika pigmen bilirubin, zat yang dihasilkan dari pemecahan sel darah merah, terakumulasi dalam empedu. Jenis batu ini berhubungan dengan kondisi medis tertentu, seperti sirosis hati, anemia hemitik, atau infeksi saluran empedu. Batu pigmen cenderung berwarna cokelat atau hitam.

Baca juga: Dokter: Kebanyakan kasus batu kantung empedu tak bergejala

Ketiga batu campuran yang terdiri atas campuran kolesterol dan pigmen. Keberadaan batu campuran umumnya dikaitkan dengan penjelasan faktor risiko atau penyebab batu empedu, seperti obesitas atau kehamilan.

“Penting untuk mencatat bahwa jenis batu empedu dapat memiliki karakteristik yang berbeda. Identifikasi jenis batu empedu yang tepat memegang peranan penting dalam menentukan pilihan perawatan yang sesuai. Ini melibatkan evaluasi oleh tenaga medis yang tepat sehingga terapi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien,” ujar dr Irsan dalam siaran pers RS Siloam pada Senin.

Pengobatan Batu Empedu

Terdapat beberapa tatalaksana yang dapat digunakan untuk mengatasi batu empedu, tergantung pada kondisi dan kebutuhan setiap pasien. Penderita pun harus melakukan perubahan pola makan dengan menghindari lemak tinggi, kolesterol tinggi, dan makanan olahan.

Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk membantu melarutkan atau menghancurkan batu empedu, terutama untuk batu kolesterol lebih kecil. Contoh obat yang digunakan adalah Ursodeoxycholic acid (UDCA) dan Chenodeoxycholic acid (CDCA). Namun, perlu diperhatikan bahwa proses ini bisa memakan waktu lama dan tidak selalu efektif.

Baca juga: Obat-obatan tak mampu hancurkan batu empedu

Terapi ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) sebagai metode non-invasif menggunakan gelombang kejut untuk menghancurkan batu empedu menjadi fragmen yang lebih mudah dikeluarkan melalui saluran empedu. Namun, ESWL umumnya hanya efektif untuk batu empedu yang lebih kecil dan tidak dapat digunakan untuk semua kondisi.

Adapun ERCP digunakan untuk menghilangkan batu empedu yang tersumbat di saluran empedu. Prosedur itu melibatkan alat endoskopi yang dimasukkan melalui mulut hingga ke saluran empedu, diikuti penanganan batu dengan bantuan teknik seperti penghancuran batu atau pengangkatan menggunakan alat tertentu.

Prosedur dan Keunggulan ERCP

ERCP adalah sebuah prosedur medis yang menggabungkan teknik endoskopi dengan radiografi untuk memeriksa dan mengobati masalah pada saluran empedu, hati, dan pankreas.

Penggunaan terapi ERCP masih terbatas karena butuh keterampilan dan ketelitian untuk memastikan batu empedu yang diderita oleh pasien.

Prosedur ERCP melibatkan penggunaan endoskop berbentuk tabung atau selang fleksibel yang dimasukkan melalui mulut, pada ujung endoskop terdapat kamera yang memungkinkan dokter untuk melihat dan memantau saluran empedu, hati, dan pankreas.

Baca juga: Pasien batu kantung empedu disarankan operasi jika alami gejala

Selanjutnya, akan dilakukan pemberian kontras melalui tabung endoskop untuk memvisualisasikan saluran empedu dan pankreas.

ERCP menawarkan keunggulan berupa data yang akurat karena memungkinkan dokter mendapatkan gambaran jelas tentang saluran empedu pankreas, sehingga dapat membantu mendiagnosis penyakit atau kelainan seperti batu empedu, penyempitan saluran empedu, atau masalah lainnya.

Selain digunakan untuk diagnosis, ERCP juga dapat digunakan secara terapeutik dengan melakukan tindakan langsung dalam mengatasi masalah seperti penyumbatan saluran empedu.

Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melakukan tindakan seperti pengangkatan batu empedu yang tersumbat, pemasangan stent (tabung) untuk membuka saluran empedu yang menyempit, atau pengangkatan tumor di saluran empedu.

Selain itu, ERCP relatif minim invasif dibandingkan dengan metode bedah lainnya karena menggunakan akses endoskopis yang melibatkan sedikit atau tanpa sayatan besar, sehingga mengurangi risiko komplikasi dan mempercepat pemulihan pasien.

"Meskipun ERCP memiliki banyak keunggulan, perlu diingat bahwa prosedur ini juga memiliki risiko seperti perdarahan, infeksi, atau kerusakan pada saluran empedu atau pankreas. Oleh karena itu, setelah menjalani ERCP di MRCCC, pasien akan tetap menjalani observasi secara berkala dengan pengawasan dari tenaga medis yang terampil dan profesional," kata dr Irsan. 

Baca juga: Tunda waktu makan bisa sebabkan batu empedu
 

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Siti Zulaikha
COPYRIGHT © ANTARA 2024