Ankara (ANTARA) - Otoritas China pada Minggu (2/6) mengatakan pihaknya tidak akan mengizinkan "siapa pun" untuk membawa konflik geopolitik ke wilayah tersebut, dan menuduh AS menyebabkan perselisihan dengan dukungannya terhadap Taiwan dan Filipina.

China tidak akan membiarkan negara mana pun mengobarkan perang di kawasan Asia-Pasifik, kata Menteri Pertahanan China Dong Jun pada konferensi keamanan internasional di Singapura pada Minggu (2/6).

"Kami tidak akan membiarkan hegemoni dan politik kekuasaan merugikan Asia-Pasifik. Kami juga tidak akan membiarkan konflik geopolitik, perang dingin, atau perang panas terjadi di Asia-Pasifik," kata Dong dalam Dialog Shangri-la, seperti yang dilaporkan harian berbahasa Inggris South China Morning Post.

Dong juga mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan negara atau kekuatan apa pun menciptakan perang dan kekacauan di Asia-Pasifik.

Pernyataannya menyusul pidato Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Sabtu (1/6) yang memuji "konvergensi baru" di Indo-Pasifik, ketika Washington memperkuat kemitraan strategis dan keamanan di kawasan tersebut.

"Kami, negara-negara di Asia Pasifik, memiliki kemampuan untuk menyelesaikan ketegangan di antara kami sendiri; kami membenci paksaan dari kekuatan hegemonik luar," kata Dong, sebagai tanggapan terselubung terhadap pernyataan Austin.

Dia mengatakan militer China akan mengambil pendekatan yang lebih terbuka dan bekerja sama dengan militer di negara-negara di kawasan untuk membangun kemitraan keamanan jenis baru yang menampilkan kesetaraan, saling percaya, dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Dia menambahkan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan "tidak boleh dilakukan."

Mengenai perang Rusia-Ukraina, dia mengatakan China telah mendorong perundingan damai dengan sikap bertanggung jawab terhadap krisis tersebut.

China tidak pernah memberikan senjata kepada salah satu pihak dalam krisis Ukraina, kata Dong.

Taiwan 'inti dari masalah inti'

Dong memperingatkan bahwa siapa pun yang berani memisahkan Taiwan dari China akan "hancur berkeping-keping" dan musnah.

Taiwan adalah "inti dari masalah inti" bagi Beijing, katanya.

Menuduh Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan secara bertahap melakukan separatisme dan berupaya menghapus identitas China, dia berkata: "Mereka akan menciptakan rasa malu dalam sejarah."  China mengklaim pulau Taiwan itu sebagai wilayahnya.

"Tentara Pembebasan Rakyat China selalu menjadi kekuatan yang tidak dapat dihancurkan dan kuat dalam membela penyatuan tanah air, dan akan bertindak tegas setiap saat untuk mengekang kemerdekaan Taiwan dan memastikan bahwa upayanya tidak akan pernah berhasil," katanya.

Ketegangan antara Beijing dan Taipei meningkat sejak pemimpin baru Taiwan, Lai Ching-te, yang disebut Beijing sebagai "separatis", mulai menjabat bulan lalu.

Prospek reunifikasi damai dengan Taiwan semakin "terkikis" oleh "para separatis" dan kekuatan eksternal, tambah Dong.

Tiga hari setelah Lai menjabat, China melancarkan latihan militer di dekat Taiwan.

Tanpa menyebutkan nama negaranya, namun tampaknya mengisyaratkan Filipina, menteri pertahanan Tiongkok itu mengatakan bahwa "negara tertentu yang didorong oleh kekuatan luar" adalah pihak yang harus disalahkan atas ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan.

Penjaga pantai China dan Filipina baru-baru ini bentrok di perairan Laut China Selatan yang disengketakan.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Jepang inginkan kolaborasi untuk jaga keamanan di kawasan
Baca juga: Ketegangan China-AS akan bayangi pertemuan Dialog Shangri-La
Baca juga: Menhan Wei: Hubungan bilateral China-AS berada dalam titik kritis

Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2024