Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang mengimplementasikan inovasi pengolahan limbah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) alternatif bernama Petasol yang setara dengan Bio Solar untuk membantu kalangan petani dan nelayan.

"Pengolahan sampah plastik menjadi BBM ini sangat luar biasa. Selain bisa membantu untuk pertanian juga bisa membantu sebagai bahan bakar kapal-kapal para nelayan," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, di Semarang, Senin.

Ita, sapaan akrab Hevearita mengatakan, Pemkot Semarang telah menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang telah meneliti Petasol bekerja sama dengan Bank Sampah Banjarnegara.

Jika bisa diimplementasikan, kata dia, hasil riset BBM alternatif itu bisa menjadi upaya mengurangi sampah plastik yang selama ini menjadi permasalahan bagi kota-kota besar, termasuk Kota Semarang.

Ia akan menggerakkan masyarakat melalui pengelolaan bank sampah untuk mewujudkan Semarang bebas sampah, dimulai dari pilah dan pilih sampah rumah tangga, seperti sampah organik dan non-organik.

Menurut dia, sampah basah atau organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik maupun "eco enzym", sedangkan sampah plastik bisa diolah dengan teknologi Faspol menjadi BBM Petasol.

"Nantinya akan kita bagikan kepada bank sampah atau masyarakat yang daerahnya memiliki banyak sampah. Itu BBM-nya bisa langsung dimanfaatkan petani untuk traktor, mesin pemotong rumput," katanya.

Bahkan, pada kegiatan Sedekah Laut Larung Sesaji di perairan Tambaklorok Semarang, Minggu (2/6), Ita sempat memantau kapal-kapal nelayan yang masih menggunakan solar untuk bisa beralih menggunakan Petasol.

"Nantinya, kami implementasikan BBM hasil riset dari BRIN sehingga masyarakat juga akan terbantu. Petasol ramah lingkungan dari sampah plastik yang diolah menjadi BBM untuk kapal nelayan," kata Ita.

Peneliti Ahli Utama BRIN Organisasi Energi dan Manufaktur Tri Martini Patria mengatakan inovasi teknologi pengolahan Petasol itu merupakan kerja sama dari akar rumput Bank Sampah Banjarnegara yang dimotori Budi Trisno Aji.

"Jadi di BRIN, ada satu skema untuk mengangkat inovasi anak bangsa yang bukan hanya dari peneliti di BRIN. Ini boleh siapa saja, artinya masyarakat di Indonesia itu boleh punya inovasi dan kemudian diuji, risetnya melalui BRIN. Salah satunya Faspol 5.0 yang produknya bernama Petasol," katanya.

Ia menilai inovasi tersebut penting diterapkan di Kota Semarang dengan karakteristiknya yang unik, sebab memiliki wilayah pesisir dan pegunungan yang memungkinkan siklus sampah mengalir cepat dari wilayah atas ke bawah.

Bahkan, kata dia, BRIN telah melakukan riset di Kecamatan Tugu, tepatnya di wilayah Mangkang Wetan yang ternyata sampah plastik yang menjadi bahan baku Petasol sudah sampai di pinggir pantai.

"Mudah mudahan bisa direplikasi, utamanya penggunaan bahan bakar untuk mesin diesel. Seperti petani menggerakkan traktor tangan, menggerakkan combine hardvester, menggerakkan mesin pemotong rumput yang membutuhkan bahan bakar setara solar," katanya.

Sementara itu, inisiator Bank Sampah Banjarnegara yang juga penemu Petasol Budi Trisno Aji mengatakan saat ini kapasitas pengolahan limbah atau sampah plastik menjadi Petasol sudah semakin besar.

"Awalnya, kami hanya mampu mengolah 50 kilogram sampah plastik dan menghasilkan 50 liter BBM Petasol. Namun, sekarang sudah bisa mengolah 400 kg sampah dan menghasilkan 400 liter per hari," katanya.

Hasil dari inovasi yang diterapkan di Bank Sampah di Kasilib, Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara itu sudah dimanfaatkan petani sekitar, seperti untuk BBM penggilingan padi dan traktor.

Baca juga: Pemkot Jakpus ajak warga kelola sampah dari rumah

Baca juga: KKP edukasi siswa di NTB untuk kelola sampah plastik lewat daur ulang

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024