Tual, Maluku (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pembudidayaan teripang dengan menetapkan Kota Tual, Maluku Tenggara sebagai satu-satunya Kampung Perikanan Budidaya Teripang di Indonesia hingga memberikan fasilitas kepada kelompok nelayan.

Penyuluh Perikanan KKP Frits Ricardo mengatakan, Kota Tual memiliki potensi yang cukup besar untuk komoditas teripang. Namun, sebelumnya tidak ada yang melakukan budi daya, sehingga musim panennya hanya bergantung dari musim.

"Budi daya ini pengaruhnya yang jelas ada peningkatan dari yang ditangkap dan dibudidayakan, dibesarkan bisa berkelanjutan. Kemudian penangkapannya tidak terpengaruh secara langsung dengan musim dan waktu, karena kalau budi daya kan tinggal dimasukkan jenisnya," ujar Frits saat berbincang di Kota Tual, Maluku, Selasa.

Keterlibatan KKP dalam budi daya teripang berupa pendampingan terhadap masyarakat pesisir Desa Taar, Pulau Dullah Selatan, Kota Tual, serta penyediaan sarana prasarana mulai dari alat transportasi hingga waring.

Dalam hal pendampingan, KKP memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar pesisir Desa Taar akan pentingnya melakukan budi daya teripang, yang bisa dilakukan secara mandiri.

Selain nelayan perorangan, Desa Taar juga memiliki beberapa kelompok budi daya, salah satunya adalah kelompok Salterai, yang secara berkelanjutan menebar 1.000 benih setiap tiga bulan sekali.

Pendamping kelompok Salterai Pitjont Tomatala mengatakan, kelompok ini memiliki kegiatan membudidayakan teripang dari mulai benih hingga panen.

"Kita menyiapkan anak-anak teripang yang siap dibawa ke laut. Jadi ada teman-teman yang sortir, lalu ditimbang, baru dibawa. Jadi biasanya sebelum kita bawa ke laut, kita timbang dulu, kalau beratnya 0,5 gram, baru kita bawa ke laut," katanya.

Pitjont menyampaikan, populasi teripang semakin lama makin berkurang karena sering ditangkap tanpa adanya pembudidayaan. Oleh karenanya, Ia merasa perlu mendampingi kelompok nelayan untuk bisa melakukan pengembangbiakan.

Tak hanya itu, nilai jual teripang juga cukup tinggi. Untuk kualitas baik, teripang bisa dijual dengan harga Rp1,3 juta hingga Rp1,8 juta per kilogram. Sedangkan untuk yang paling murah, harganya berkisar antara Rp300 ribu - Rp400 ribu.

"Tapi selama ini memang cuma sampai pengumpul, tapi kita berharap dengan kampung budidaya teripang, nanti kita bisa mengekspor teripang, tidak hanya ke pengumpul, tapi paling tidak pengekspor yang ada di Jawa itu bisa lihat ke mari dan kalau kita berhasil, tinggal kita continue," ucap Pitjont.

Lebih lanjut, Pitjont berharap, ke depannya kelompok nelayan Salterai dapat mengembangkan teknologi untuk mempercepat pertumbuhan di perairan Desa Taar sehingga pembudidayaan teripang bisa lebih maju dan mampu melakukan ekspor.

"Memang kalau dari sistem ini, kita sudah siap tapi bagaimana mempercepat pertumbuhannya di lapangan, di alam, dia punya waktu tumbuh 8-14 bulan baru panen, mungkin dari situ kita bisa rekayasa sehingga memperpendek usia untuk panen," kata Pitjont.

Baca juga: Pulau Pol Raja Ampat Papua Barat dilindungi, pusat populasi teripang
Baca juga: Peneliti LIPI: Perairan Lombok Barat kaya potensi teripang komersial
Baca juga: KKP dorong riset budi daya komoditas teripang pasir

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2024