Karawang (ANTARA) - Warga Kampung Taneh Bereum, Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat dihebohkan dengan matinya puluhan ekor hewan ternak jenis kambing selama beberapa waktu terakhir akibat serangan satwa liar.

"Selama beberapa terakhir ini ada 27 ekor kambing yang mati akibat diserang satwa liar," kata Kepala Dusun Taneuh Beureum, Lain, di Karawang, Selasa.

Ia menyampaikan, kejadian ternak diserang satwa liar pertama kali diketahui di ladang penggembalaan hewan ternak sekitar 500 meter dari kebun yang dikelola warga bernama Eli, pada Maret 2024 lalu. Lokasinya tak jauh dari kawasan hutan Gunung Sanggabuana.

“Saat ditemukan, hewan ternak kambing yang sudah mati itu menyisakan luka di leher samping. Di lokasi juga ada bekas jejak-jejak binatang lain," katanya.

Jika dihitung-hitung, kata dia, hingga kini total sudah ada 27 ekor kambing milik warga yang diserang satwa liar .

Menurut dia, beberapa warga yang juga peternak pernah melihat salah satu ekor kambing dimangsa macan dengan ditarik ke dalam sebuah gua batu kecil. Ketika didatangi, macan yang memangsa kambing itu lari ke hutan meninggalkan mangsanya.

Masyarakat melaporkan bahwa kambing peliharaannya itu dimangsa oleh satwa liar jenis macan dengan corak tutul.

Dengan banyaknya serangan oleh satwa liar macan ini, warga menjadi resah dan sempat mengumpulkan warga lainnya yang mempunyai senjata untuk memburu macan tersebut.

Hal itu dilakukan, karena selain menderita banyak kerugian, warga juga banyak yang melakukan kegiatan malam hari takut jika tiba-tiba diserang oleh macan di kebun atau hutan.

Baca juga: KLHK: Masih ada harapan dalam upaya konservasi di Pulau Jawa

Menurut Komarudin, anggota Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) mengatakan bahwa 27 ekor kambing yang mati ini dimangsa satwa liar pada kurun waktu 19 Maret-24 Mei 2024.

“Awalnya kami mendapat laporan dari anggota BPBD Kecamatan Pangkalan, perihal keresahan warga ini, juga ada niatan untuk memburu satwa liar yang memangsa ternak. Jadi bersama perangkat desa didampingi pak Bhabin dan Babinsa kami melakukan asessment ke lapangan untuk mengumpulkan data yang akan dilaporkan ke markas kami dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat," katanya.

Laporan Komarudin, di lapangan memang ditemukan beberapa jejak karnivora besar di lokasi konflik satwa liar ini, termasuk di beberapa gua yang menurut laporan masyarakat menjadi tempat satwa liar ini membawa mangsanya.

“Ada beberapa cakaran pohon, dan jejak darah di salah satu gua. Dugaan sementara dari jejak yang ada di lapangan merupakan jejak karnivora besar," kata dia.

Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) IV Purwakarta BBKSDA Jawa Barat Vitriana Yulalita mengatakan bahwa satwa macan tutul Jawa merupakan satwa kebanggaan yg telah ditetapkan sebagai satwa identitas provinsi Jawa Barat.

Macan tutul Jawa juga merupakan satwa endemik pulau Jawa yang juga merupakan satwa dilindungi sesuai Permen LHK No. 106/2018.

"Jadi kami mengharapkan koordinasi lintas sektor untuk dapat mewujudkan amanat tersebut sebagai bentuk upaya bersama terkait pelestarian macan tutul Jawa di Karawang," katanya.

Baca juga: KLHK sebut macan tutul makin tersudut, ingatkan pentingnya konservasi

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2024