Taiyuan, China (ANTARA) - Yoga Mahnitra datang ke Pabrik Aluminium Pinglu Shanxi bersama dengan total 60 lulusan sarjana Indonesia pada tahun lalu, yang berhasil mengungguli ratusan orang melalui tes tertulis dan wawancara yang diselenggarakan.

Selama satu tahun di China, berbagai kursus yang mereka ikuti mencakup pengoperasian produksi alumina, pemeliharaan peralatan, bahasa Mandarin, dan lain-lain.

Yoga Mahnitra memulai masa pelatihannya di sebuah pabrik aluminium di wilayah Pinglu, Provinsi Shanxi, China. Dalam beberapa bulan mendatang, warga Indonesia tersebut akan pulang ke Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, dengan bekal ilmu produksi alumina yang diperolehnya di China, untuk mengawali kariernya sebagai manajer junior di Kota Industri Baru Kalimantan Barat (West Kalimantan New Industry City).

Daerah pesisir Ketapang merupakan rumah bagi para nelayan yang mencari nafkah terutama dari aktivitas menangkap ikan, sementara mayoritas pemudanya pergi ke Jawa untuk mencari penghidupan. Dengan rampungnya Kota Industri Baru Kalimantan Barat, yang merupakan bentuk kerja sama antara China dan Indonesia, daerah pesisir yang hanya dapat mengandalkan mode produksi asli tersebut memasuki masa kejayaan dan vitalitas.

Sebagai penggagas Jalur Sutra Maritim (Maritime Silk Road), Indonesia dan China telah terlibat dalam kerja sama pertukaran ekonomi dan budaya yang semakin erat dalam beberapa tahun terakhir.

Di bawah kerangka kerja Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), semakin banyak pemuda seperti Yoga Mahnitra yang mendedikasikan diri mereka dalam berbagai proyek untuk membangun Indonesia.

Pada akhir tahun ini, Kota Industri Baru Kalimantan Barat, yang diinvestasikan oleh Hangzhou Jinjiang Group, akan rampung secara bertahap, dengan output tahunan pabrik produksi alumina yang mencapai 1 juta ton sebagai komponen utama, sementara sejumlah pembangkit listrik pendukung dan pelabuhan dengan kapasitas penanganan kargo tahunan sebanyak 10 juta ton juga akan dibangun nanti.

"Kawasan industri seluas 6,8 kilometer persegi itu akan menciptakan lebih dari 1.000 lapangan kerja lokal dan (menghasilkan) pendapatan pajak tahunan sekitar Rp726 miliar atau sekitar 44,64 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.225), yang kami yakini akan mentransformasi Ketapang," kata Hao Zhiyin, seorang pejabat China yang bertanggung jawab atas pabrik aluminium tersebut.

Dia menambahkan bahwa proyek itu juga dicantumkan sebagai proyek utama di Indonesia, menjadi salah satu dari 28 pusat pertumbuhan industri di negara tersebut.

"Gaji awal saya akan mencapai lebih dari Rp6 juta saat saya pulang ke Indonesia, dan kedua orang tua saya sangat bangga dengan hal itu," ujar Yoga Mahnitra.

Setelah menginjakkan kaki di China, peserta pelatihan berusia 27 tahun tersebut merasa senang dengan para pekerja yang bertanggung jawab dan pihak perusahaan yang peduli.

"Mereka juga membuka sebuah restoran Muslim dan area salat, yang membuat kami merasa seperti di rumah sendiri," ujarnya.

Setelah tinggal selama setengah tahun, para peserta pelatihan tersebut sudah hampir menyatu dengan kehidupan masyarakat setempat. Lebih dari sebulan yang lalu, laga sepak bola 8 lawan 8 diadakan, dan rombongan warga Indonesia tersebut diundang untuk berpartisipasi.

Awalnya, mereka mengalami kekalahan beruntun, namun setelah terbiasa dengan lapangan dan aturan permainan, mereka tampil lebih apik dalam turnamen dengan format setengah kompetisi (round robin) tersebut.

"Rasanya luar biasa dapat bermain sepak bola di negara lain," ujar Uti Najwa Atras, bek yang telah bermain sepak bola selama 10 tahun.

Pemuda lulusan Universitas Teknologi Yogyakarta berusia 23 tahun tersebut juga sudah tidak sabar untuk bepergian usai menjalani pelatihannya.

"Kami berada di daerah 'jantung' China dengan sejarahnya yang misterius dan kaya. Setelah lulus, kami akan mengunjungi kota Xi'an dan Luoyang yang lokasinya berdekatan untuk menikmati sejarah dan budaya unik China, yang akan membantu kami dalam memahami China dan masyarakatnya," ujar Uti Najwa Atras.

Di bawah kerangka BRI, China telah menghadirkan teknologi yang matang, pengalaman terdepan, dan modal yang cukup ke Indonesia, menyuntikkan vitalitas dan dorongan baru ke dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

China dan Indonesia telah menjalin kerja sama untuk membangun berbagai proyek infrastruktur berkualitas tinggi seperti pembangkit listrik, jalan, jembatan, bendungan, hingga telekomunikasi. Khususnya, Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang menjadi proyek acuan (benchmark) bagi China dan Indonesia untuk mendorong pembangunan berkualitas tinggi.

Kedua pihak sepenuhnya mendukung visi dan tujuan pembangunan nasional masing-masing dalam jalinan kerja sama mereka. Pada Oktober tahun lalu, kedua negara merilis pernyataan bersama terkait pendalaman kerja sama strategis menyeluruh, yang menyatakan bahwa China mendukung Indonesia dalam mempromosikan Visi Indonesia Emas 2045.

Hal ini mengindikasikan bahwa kedua negara akan terus menjalin koordinasi strategis jangka panjang, pragmatis, menyeluruh, dan mendalam di masa mendatang.

"Kita telah menyaksikan bahwa kerja sama antara kedua negara membuahkan berbagai hasil nyata yang mengubah kehidupan banyak orang. Diharapkan kedua negara dapat terus memperdalam kerja sama agar semakin banyak orang dapat memperoleh peluang dan menikmati manfaatnya," kata Yoga Mahnitra.​​​​​​​

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
COPYRIGHT © ANTARA 2024