Natuna (ANTARA) - Komunitas Jelajah Bahari Natuna (JBN) Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, mengatakan aktivitas perusahaan tambang pasir di Kecamatan Bunguran Utara telah memberikan dampak negatif pada lingkungan setempat.
 
Leader JBN Natuna Cherman saat dihubungi melalui sambungan telepon dari Natuna, Rabu, memgatakan salah satu indikator air tercemar apabila air tersebut mengalami perubahan warna.
 
"Sebelum ada aktifitas penambangan, setiap hujan pasti keruh tapi bukan kuning begini, dulu juga warga tau kalau hujan keruh, tapi keruhnya seperti air teh dampak dari akar kayu, kalau ini dampak dari sedimen lumpur," ucap dia.
 
Ia menerangkan, sedimen lumpur yang berada di air tersebut akan merusak ekosistem yang pada akhirnya akan mengganggu perekonomian warga setempat.

Baca juga: DPRD-Pemkab Natuna sepakat hentikan aktivitas tambang kuarsa
 
"Tempat berkembang biak bibit kerapu, kepiting dan udang juga pastinya akan rusak dan berdampak pada mata pencaharian warga, mungkin dua tiga tahun ke depan belum dirasakan oleh warga, tetapi jika ini terus berlangsung yakinlah lima atau enam tahun ke depan warga akan merasakan dampaknya secara nyata," ujar dia
 
Oleh karena itu ia meminta pemerintah melakukan pengkajian ulang analisis dampak lingkungan (amdal) dari aktivitas penambangan agar tidak merugikan masyarakat.
 
Dirinya sejak awal telah mengingatkan tokoh masyarakat setempat akan dampak tersebut jauh sebelum adanya aktifitas penambangan.
 
"Baru saja beroperasi (uji coba operasi) kegiatan tambang sudah keliatan dampak nyata, karena itu saya berharap kajian amdal perlu di tinjau kembali dan warga jika setuju adanya tambang harus siap menerima risiko dari dampak penambangan, serta perusahaan tambang harus bertanggung jawab atas dampak tersebut," ucap dia.
 
Selain itu, dia berharap pemerintah lebih berhati-hati dalam memberikan izin pertambangan, pasalnya keuntungan dari tambang tidak akan mampu memulihkan alam seperti semula.
 
Ia juga menyayangkan adanya aktivitas tambang dj Natuna yang mengancam keberlangsungan alam kawasan pulau terdepan NKRI dan akan mengancam terwujudnya Natuna sebagai UNESCO Global Geoparks.
 
"Harusnya keasrian Pulau Natuna ini dijaga dengan baik, jadikan pulau ini sebagai warisan Dunia," kata Cherman.

Menurut dia, peningkatan kesejahteraan warga akan lebih baik dilakukan dengan cara lain, yakni dengan ekonomi berkelanjutan yang tidak merusak alam.

Ia menambahkan banyak sektor yang bisa dikembangkan secara ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya ikan yang berlimpah di perairan Natuna.
 
"Potensi alam Natuna sangat berlimpah dan lebih dari cukup untuk mensejahterakan warganya karena penduduk Natuna berjumlah kurang lebih 82 ribu jiwa saja" kata dia menjelaskan.

Sebelumnya aktivitas perusahaan tambang pasir di Kecamatan Bunguran Utara, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau menyebabkan air sungai di daerah itu keruh atau berwarna kuning.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Natuna Ferizaldi di Natuna, Selasa, mengatakan  meski keruh, air di sungai tersebut tidak tercemar.

"Kita pernah lakukan penelitian pada Januari (2024), saat kejadian pertama (air berubah warna kuning), memang bukan tercemar, tapi perubahan warna air," ucap dia.*

Pewarta: Muhamad Nurman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2024