Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat diimbau untuk melakukan antisipasi terhadap enam penyakit yaitu diare, demam berdarah dengue (DBD), leptospirosis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit dan penyakit saluran cerna yang lain selama terjadi banjir di beberapa wilayah Jakarta.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama dalam keterangannya di Jakarta, Senin, meminta masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan individu dan kebersihan lingkungan untuk dapat menghindari penyakit-penyakit tersebut.

"Seluruh lapisan masyarakat agar senantiasa menjaga Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) antara lain makan-minum yang baik dan bersih atau selalu makanan yang sudah dimasak, jangan jajan sembarangan, istirahat yang cukup, tetap upayakan kebersihan diri dan lingkungan, jangan buang sampah sembarangan dan senantiasa melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)," papar Tjandra.

Mencuci tangan menggunakan sabun diwajibkan untuk lima kegiatan berikut yaitu sebelum makan, sebelum mengolah makanan, setelah buang air besar (BAB), setelah menceboki anak dan setelah memegang lingkungan yang kotor dan hewan.

Salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan kebersihan individu adalah diare dimana pada saat banjir, sumber air minum khususnya yang berasal dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar.

"Disamping itu pada saat banjir biasanya akan terjadi pengungsian dimana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. Itu semua menjadi potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat," ujar Tjandra.

Selain selalu cuci tangan pakai sabun, Tjandra mengingatkan masyarakat untuk membiasakan mengonsumsi air minum yang bersih dan direbus hingga mendidih setiap saat serta menjaga kebersihan lingkungan.

Musim penghujan juga menyebabkan adanya peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor yang menularkan penyakit demam berdarah, karena pada saat musim hujan banyak sampah misalnya kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu.

Untuk pencegahan adanya wabah DBD, diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif melalui gerakan 3M yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat.

"Selain itu agar masyarakat segera membawa keluarganya ke sarana kesehatan bila ada yang sakit dengan gejala panas tinggi yang tidak jelas sebabnya yang disertai adanya tanda-tanda perdarahan," kata Tjandra.

Penyakit lain yang mengintai selama banjir adalah Leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira yang termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan/binatang yaitu tikus melalui kotoran dan air kencingnya.

Tikus

Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri dan berkeliaran disekitar manusia sehingga kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut.

"Seseorang yang ada luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut potensi dapat terinfeksi dan akan jatuh menjadi sakit," kata Tjandra.

Pencegahannya, lanjut Tjandra, adalah dengan kembali menjaga kebersihan dan menghindari untuk bermain air saat terjadi banjir, terutama jika ada luka di badan.

Penyakit ISPA yang seringkali terjadi di tempat pengungsian merupakan infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya dengan gejala utama berupa batuk dan demam serta jika telah berat tingkat infeksinya dapat disertai sesak napas dan nyeri dada.

Untuk penanganan ISPA, Tjandra menyarankan penderita untuk memperbanyak istirahat, melakukan pengobatan simtomatis sesuai gejala, meningkatkan daya tahan tubuh serta mencegah penularan pada orang sekitar dengan menutup mulut ketika batuk dan tidak meludah sembarangan.

Penyakit kulit juga seringkali terjadi yang dapat berupa infeksi, alergi atau bentuk lain.

"Kalau musim banjir maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, maka aktor berkumpulnya banyak orang -misalnya di tempat pengungsian korban banjir juga berperan dalam penularan infeksi kulit," ujar Tjandra.

Masyarakat juga diimbau untuk memperhatikan faktor kebersihan makanan untuk mencegah penyakit saluran cerna lain seperti demam tifoid.

Bagi masyarakat yang terpaksa mengungsi, Tjandra berpesan agar tetap menjaga kesehatan serta selalu menjaga kebersihan lokasi pengungsian, baik dari sisi pengolahan sampah, pengolahan limbah cair dan BAB serta BAK ditempat yang sudah disediakan.

"Anak-anak, balita dan orang tua perlu mendapat prioritas tempat yang lebih baik dan sehat. Sebaiknya makanan segar agar segera dikonsumsi," katanya.

Masyarakat juga diharap untuk dapat segera berkonsultasi kepada petugas kesehatan jika memiliki keluhan untuk mendapatkan penanganan yang dibutuhkan lebih dini.

(A043/A011)

Pewarta: Arie Novarina
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2014