Jakarta (ANTARA) - BUMN holding industri pertambangan Indonesia, MIND ID, memperkuat program nilai tambah komoditas mineral sebagai strategi hilirisasi tahun 2024.

Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan Grup MIND ID memiliki sejumlah proyek strategis dalam program hilirisasi yang akan semakin memperkuat penambahan nilai komoditas mineral Indonesia.

Grup holding MIND ID terdiri dari PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium, dan PT Timah Tbk (TINS).

Perusahaan-perusahaan itu mempercepat berbagai proyek yang telah direncanakan.

Salah satunya, yaitu proyek dragon di Aneka Tambang (ANTM) yang telah memasuki tahap joint venture dengan perusahaan baterai EV terbesar asal Tiongkok, Cotemporary Amperex Technology Co Limited (CATL). Proyek ini akan memasuki tahap persiapan dan Feasibility Study (FS) untuk pembangunan fasilitas Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) sebagai tahapan lanjutan.

Selanjutnya, ada juga proyek strategis lainnya meliputi proyek garapan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang berfokus pada upaya mengatasi kendala angkutan logistik. PTBA proaktif mengembangkan solusi untuk mengatasi kendala ini dengan melakukan pengembangan kapasitas angkutan lainnya.

"MIND ID terus berupaya maksimal untuk menggarap berbagai proyek strategis hilirisasi industri pertambangan sebagai kontribusi pada pengembangan ekonomi Indonesia," kata Hendi.

Hendi melanjutkan seluruh upaya proaktif peningkatan kinerja ini diharap dapat semakin memperkuat operasional bisnis dan kontribusi MIND ID kepada negara.

“Kami terus konsisten untuk membukukan kinerja positif secara berkelanjutan, sehingga terus mendorong kontribusi MIND ID pada negeri," ujar dia lagi.

Adapun proyek-proyek hilirisasi strategis yang sedang atau telah dilaksanakan oleh MIND ID melalui PT Aneka Tambang Tbk berupa Commodity Monetizing. Di antaranya, proyek EV Battery, proyek Dragon dan proyek Titan yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan komoditas mineral dalam produksi baterai kendaraan listrik.

Kemudian, proyek Smelter Grade Alumina yang dioperasikan oleh PT Bauksit Alumina Indonesia (PT BAI) atau “Mempawah Project”. Proyek hasill konsorsium Antam dengan Inalum ini fokus pada pengembangan infrastruktur dan peningkatan nilai tambah komoditas mineral di wilayah Mempawah, Kalimantan Barat.

Selanjutnya, PT Bukit Asam Tbk melalui “Unlocking Logistic” dengan meningkatkan kapasitas angkutan kereta api untuk mendukung distribusi batu bara di Sumatera Selatan.

Kemudian mengakselerasi pembangunan transmisi 500 KV PLTU Sumsel 8 untuk memperkuat infrastruktur kelistrikan di provinsi ini.

PTBA juga turut dalam proyek pengembangan bisnis turunan batu bara, seperti anoda sheet, artificial graphite, dan MEG untuk meningkatkan nilai tambah dari emas hitam ini.

Pada sisi lain, PT Freeport Indonesia melalui “Downstreaming Expansion” menjalankan proyek pembangunan fasilitas pemurnian PTFI Smelter Gresik yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemurnian mineral dari tambang Grasberg.

Sedangkan, PT Indonesia Asahan Aluminium dengan “Expand Production Capacity” menjalankan peningkatan kapasitas produksi di Kuala Tanjung.

Proyek ini melibatkan mitra strategis dalam proyek brownfield, optimalisasi supply chain bahan baku utama seperti alumina dalam Proyek SGAR untuk memastikan kelancaran pasokan dan efisiensi produksi.

Sedangkan PT Timah Tbk melakukan perbaikan pola operasi penambangan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, pengembangan produk hilirisasi logam timah untuk memperluas pasar dan nilai tambah, dan optimasi pengelolaan mineral ikutan timah seperti zircon untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam.
Baca juga: RUPST PT Timah mengganti dua jajaran direksi
Baca juga: MIND ID sampaikan upaya perbaikan tata kelola di RDP Komisi VI DPR


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2024