Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kesehatan jiwa Rumah Sakit Soeharto Heerdjan dr. Suharpudianto mengatakan bahwa orang dengan gangguan kepribadian narsisistik dapat mengalami komplikasi berupa gangguan kejiwaan, seperti depresi.

Dalam siaran Kementerian Kesehatan berjudul "Bukan Sekadar Narsis! Kenali Gangguan Kepribadian Narsistik (Narcissistic Personality Disorder)" di Jakarta, Kamis, mengatakan hal tersebut adalah karena orang itu tidak selalu berada dalam lingkungan yang menyanjungnya dan membuatnya merasa paling penting.

"Juga karena relasinya yang buruk dengan orang lain, bisa akhirnya pasien merasakan suatu kondisi seperti kehilangan. Karena dia tidak memiliki pola relasi yang cukup stabil," ujar Suharpudianto.

Selain depresi, ujarnya, orang dengan gangguan narsisistik juga dapat menyalahgunakan narkoba, sebagai respon maladaptif terhadap kondisinya yang sulit diterima oleh lingkungan sekitar.

Dia menyebutkan hal yang menarik adalah dengan gangguan kepribadian narsisistik tidak datang ke dokter untuk konsultasi mengenai gangguan itu, dan justru baru akan datang ketika mengalami gangguan lainnya, contohnya depresi.

"Karena biasanya gangguan kepribadian narsistik ini bersifat dalam terminologi medis kami adalah egosintonik. Yang artinya seseorang merasa nyaman saja dengan gangguan kepribadiannya ini, dia tidak merasakan gangguan kepribadiannya ini sebagai gangguan kepribadian. Meskipun sudah menimbulkan penderitaan bagi lingkungan sekitar," katanya.

Dia menilai ketika penderita tersebut depresi, orang itu akan lebih mudah didekati untuk dibantu, karena mereka sudah kehilangan semangat. Namun, ujarnya, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan ketika ingin menolong mereka.

Baca juga: Skrining sebagai awal upaya penanganan depresi peserta PPDS
Baca juga: Pengalaman masa kecil yang positif kurangi risiko depresi remaja


Menurut dokter itu, lebih baik apabila pada awalnya didekati orang yang cukup dekat oleh orang dengan gangguan narsisistik tersebut. Kemudian, sebagai orang dengan kepribadian yang lebih stabil, perlu menerima keadaan dan memberikan solusi yang positif.

"Tidak apa-apa mengutarakan pendapat. Tetapi mungkin pendapatnya tidak bersifat judgemental. Tidak bersifat menghakimi. Lebih kepada kita bisa memvalidasi, memberikan pendapat bahwa kita mengerti kondisinya seperti itu," katanya.

Dengan demikian, ujarnya, dapat dilakukan pendekatan yang lebih baik untuk membantu penderita tersebut memahami penderitaan mereka yang disebabkan gangguan itu, sehingga mereka mau bertemu dengan profesional.

Suharpudianto mengatakan ada sejumlah hal yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan jiwa yang disebabkan gangguan kepribadian itu, antara lain farmakoterapi dan psikoterapi.

Menurutnya, selain dengan disiplin mengikuti anjuran dokter mengenai pengobatan dan kontrol rutin yang teratur, lingkungan yang suportif juga penting dalam proses pemulihan penderita gangguan narsisistik dengan depresi itu.

"Setidaknya kalau mungkin Anda kesulitan memberikan kalimat-kalimat yang sifatnya memvalidasi atau mensupport, cukup menunjukkan bahasa tubuh yang tidak akan direspon dengan salah pengertian oleh seseorang ini yang sedang dalam terapi," katanya.
 

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Indra Gultom
COPYRIGHT © ANTARA 2024