Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyatakan pengetahuan tradisional bisa menjadi salah satu solusi dalam menjawab keterbatasan teknologi modern.  

“Astronomi Nusantara kita sebenarnya luar biasa. Di tengah nanti teknologi modern memperlihatkan keterbatasannya, tiba-tiba kita bisa kembali lagi beralih kepada pengetahuan tradisional untuk kepentingan kita,” katanya di dermaga Markas Besar Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Jakarta, Jumat. 

Salah satu pengetahuan tradisional tersebut adalah mengenai Astronomi Nusantara yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk membantu kehidupan sehari-hari seperti mengetahui masa tanam dan panen hingga menentukan arah dalam pelayaran.  

Terlebih, sejarah mencatat Indonesia merupakan negara maritim sehingga dunia maritim ini sebenarnya sangat dekat dengan masyarakat termasuk masyarakat di perkotaan besar seperti Jakarta. 

Di sisi lain, kenyataan Indonesia sebagai negara maritim mulai terlupakan dari kehidupan sehari-hari sehingga pemerintah melalui Kemendikbudristek berupaya membangun kembali budaya masyarakat berbasis maritim.  

Upaya tersebut dilakukan melalui pelayaran yang melalui rute-rute Jalur Rempah di Indonesia seperti pada 2020 menggunakan Kapal Arka Kinari menelusuri jejak jalur perdagangan rempah di Sorong, Banda Neira, Kepulauan Selayar, Makassar, dan Bali.

Proses berlanjut dengan penelitian dan Festival Bumi Rempah Nusantara yang digelar di 13 titik di antaranya Banda Neira, Maluku Utara, Makassar, Banjarmasin, Belawan, Pulau Bintan, dan Lhokseumawe pada 2021.  

Pada 2022, Kemendikbudristek menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) menggunakan KRI Dewaruci dengan rute pelayaran tahun pertama meliputi Surabaya-Makassar-Baubau & Buton-Ternate & Tidore-Banda Neira-Kupang.

Pada 2023 mengeksplorasi rute Surabaya-Kepulauan Selayar sedangkan pada tahun ini pelayaran menggunakan KRI Dewaruci untuk menjelajahi Belitung Timur, Dumai, Sabang, Melaka, Tanjung Uban, Lampung, dan berakhir kembali di Jakarta.

“Ini sebuah upaya untuk memperkenalkan kembali masyarakat kita, mengintegrasikan kembali, menelusuri lagi tapak-tapak sejarah maritim kita ya sebetulnya sangat sangat luar biasa,” kata Hilmar.

Ia menambahkan, tujuan akhir dari perjalanan ini bukan hanya demi minat pada sejarah namun juga berhubungan dengan masa sekarang dan masa depan terutama mengenai warisan budaya maritim yang sangat luar biasa.

“Pengetahuan masyarakat mengenai sumber daya maritim sangat luar biasa, ada satu bidang sekarang di dalam dunia usaha yang dikenal dengan bioprospecting,” ujarnya.

Baca juga: RI minta Malaysia dukung pengajuan Jalur Rempah jadi warisan dunia
Baca juga: Dirjen Kebudayaan lepas KRI Dewaruci lintasi jalur rempah Indonesia
Baca juga: Kemendikbud jangkau tujuh daerah untuk Muhibah Budaya Jalur Rempah

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah & Gilang Galiartha
Editor: Nurul Hayat
COPYRIGHT © ANTARA 2024