Kupang (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut adanya perubahan yang signifikan baik pada warna air danau maupun sebaran belerang pada danau kawah Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Dari pemantauan visual dan instrumental, ada perubahan signifikan baik dari perubahan warna air danau Kawah I maupun kenampakan dan sebaran belerang di permukaan air danau Kawah II yang hampir merata tersebar di bagian tepi permukaan air danau," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Kelimutu Irwan Ka Uman ketika dihubungi dari Kupang, Jumat.

Ia menjelaskan hasil pengamatan visual mengindikasikan terjadinya pelarutan batuan pada Kawah I dan naiknya fluida magmatik ke permukaan yang ditunjukkan dari sebaran belerang di permukaan danau kawah.

Selanjutnya perluasan sebaran endapan belerang di permukaan air danau Kawah II menunjukkan peningkatan aktivitas sistem magmatik-hidrotermal yang ada di bawahnya.

Selain perubahan warna air danau kawah, sebaran belerang yang intensif didukung oleh peningkatan kegempaan yang mengindikasikan terjadinya suplai magma ke permukaan.

Untuk saat ini, Irwan mengatakan potensi ancaman bahaya Gunung Kelimutu adalah erupsi freatik dan magmatik yang menghasilkan lontaran material dalam radius 250 meter.

"Hujan abu dapat terjadi dengan jarak dan intensitas tergantung pada arah dan kecepatan angin," ucapnya.

Dengan potensi bahaya tersebut, Badan Geologi masih mempertahankan tingkat aktivitas gunung api itu pada Level II atau Waspada.

Masyarakat atau pengunjung pun direkomendasikan agar tidak berada di sekitar area kawah dalam radius 250 meter dari tepi kawah.

"Masyarakat juga diimbau untuk tetap tenang," katanya berpesan.

Gunung Kelimutu merupakan gunung api tipe strato yang memiliki tiga danau kawah yakni Kawah I (Tiwu Ata Polo), Kawah II (Tiwu Koofai Nuwamuri), dan Kawah III (Tiwu Ata Bupu).

Baca juga: Balai TN Kelimutu wajibkan pengunjung gunakan masker saat kunjungan

Baca juga: Ada endapan belerang di danau kawah Gunung Kelimutu

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024