Jakarta (ANTARA) - "Kita semua tahu bahwa perekonomian China merupakan faktor terpenting bagi kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan. Semua orang mengakui fakta ini," kata Rizal Sukma, peneliti senior di lembaga pemikir (think tank) terkemuka Indonesia, Center for Strategic and International Studies (CSIS).

Dalam sesi wawancara eksklusif dengan Xinhua pada Kamis (6/6), Rizal, yang juga pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Inggris, menekankan peranan penting perekonomian China dalam kemakmuran dan pertumbuhan kawasan Asia-Pasifik.

Terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi China, Rizal tetap yakin dengan kemampuan China dalam mengatasi isu-isu tersebut, khususnya di sektor properti.

"Memperkirakan China akan mengalami penurunan, seperti yang diharapkan beberapa analis, tidaklah masuk akal, karena kita percaya China merupakan negara yang besar dan mampu mengatasi semua tantangan. Penyesuaian akan dilakukan," imbuhnya.

"Aspek yang paling mengesankan bagi saya adalah mengangkat ratusan juta orang keluar dari kemiskinan. Bukan hanya soal angkanya, tetapi juga soal jangka waktu yang singkat untuk mewujudkannya, sekitar 600 juta orang dalam satu dekade. Hal ini merupakan buah dari kebijakan yang dirancang dengan baik oleh pemerintah China. Bagi saya, tidak ada kata yang lebih baik untuk menggambarkannya selain keajaiban," tuturnya.

Rizal juga menyoroti kemajuan pesat teknologi China, dan mendesak negara-negara Asia lainnya untuk berpartisipasi dalam kemajuan ini melalui pengembangan sumber daya manusia.

"China telah mengejar ketertinggalan secara signifikan dalam waktu yang sangat singkat, dengan Amerika Serikat (AS) masih unggul hanya di dua atau tiga sektor," ujarnya, sembari menambahkan bahwa negara-negara lain perlu mendorong lebih banyak pelajarnya untuk belajar di China, terutama di jurusan seperti matematika.

Lebih lanjut Rizal menuturkan bahwa China, sebagai mitra dagang terbesar dan sumber investasi utama bagi Indonesia, telah memberikan kontribusi signifikan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ke depannya, dia menyoroti tiga bidang utama untuk meningkatkan kolaborasi China-Indonesia, termasuk perlunya peningkatan investasi di sektor manufaktur Indonesia, bantuan China dalam membantu Indonesia menemukan pasar baru, serta akselerasi kerja sama sumber daya manusia dan teknologi.

"Investasi China di Indonesia meningkat, tetapi belum signifikan di sektor manufaktur. Sebagian besar di pertambangan dan industri berat. Namun, sektor manufaktur sangat penting bagi Indonesia dan kita perlu meningkatkan kemampuan manufaktur kita. Ini harus menjadi topik diskusi utama antara Indonesia dan China," paparnya.
 
Foto udara yang diambil dengan menggunakan drone pada 9 Mei 2024 ini memperlihatkan sebuah kapal barang merapat di terminal peti kemas Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China. (ANTARA/Xinhua/Geng Yuhe)  


Rizal juga mengatakan bahwa China berhasil mengakses pasar yang tidak biasa, seperti Amerika Latin, yang jaraknya sangat jauh bagi Indonesia.

"Negara-negara seperti Indonesia perlu menjadi bagian dari proses ini, tidak hanya sebagai bagian dari rantai pasokan, tetapi juga dalam manufaktur dan pemasaran ekspor, yang telah dibangun dengan sangat baik oleh China di seluruh dunia," imbuhnya

Membahas implikasi global kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dia menekankan perlunya kerja sama internasional untuk mengatur AI secara efektif dengan China memainkan peranan penting.

"Mengelola dampak negatif dari teknologi baru, seperti AI, sangatlah penting. Hal ini memerlukan diskusi global untuk mengatur AI secara efektif. China dapat memimpin diskusi ini, mengingat kemajuannya dalam bidang AI," tegasnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2024