Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pekerjaan Umum akan lebih menitikberatkan pada pergeseran jalan tol Porong-Gempol untuk menjamin ketersediaan sarana transportasi dari Sidoarjo ke Surabaya, menyusul masalah lumpur Lapindo yang tidak kunjung terselesaikan. "Makanya kalau lumpur keluar terus saya kira (jalan tol-red) perlu direlokasi, tapi kalau kita tahu nanti misalnya 2 bulan lagi lumpur berhenti, buat apa relokasi. Itu kan aman," kata Menteri PU Joko Kirmanto usai mengikuti Rakor RAPBN 2007 di Jakarta, Senin. Dia menambahkan pergeseran akan dilakukan ke sisi kiri jalan tol yang sudah ada, mengingat pada sisi kanan jalan tol terdapat terlalu banyak pemukiman. "Relokasi pemukiman selalu diusahakan sekecil mungkin, kalau memang toh perlu," katanya. Meski tidak bersedia menjelaskan besaran biaya yang harus dipersiapkan Departemen PU untuk pergeseran itu, tapi diperkirakan pembuatan satu kilometer jalan tol membutuhkan dana sekitar Rp45-75 miliar. "Yang jelas pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya untuk itu," katanya. Dia mengatakan, saat ini yang telah dilakukan pihaknya adalah meninggikan permukaan jalan tol hingga mencapai 2,5 meter sehingga selamat dari kubangan lumpur PT Lapindo Brantas. Sebelumnya, Kepala Pelayanan dan Pemeliharaan PT Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol, Eddy Badru Jaman mengatakan, jalan tol Surabaya-Gempol, utamanya di ruas Porong-Gempol yang ditutup sejak Sabtu (2/9) pukul 23.00 WIB malam akibat luberan lumpur, direncanakan akan kembali dibuka bila luberan berhasil dibersihkan dan kondisi tanggul lumpur aman. Dia menambahkan penutupan dilakukan karena tanggul kecil di pinggir badan jalan tol km 39.200 - 39.400 meluber, sehingga air lumpur masuk dan menggenangi jalan tol.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006