Beijing (ANTARA) - Sebuah karakter dalam gim seluler populer China "Honor of Kings",  diubah menjadi dalang wayang, yang menuai pujian dari para penggemar karena keindahan tradisionalnya.

Skin gim wayang tersebut diluncurkan pada pekan lalu oleh raksasa teknologi Tencent dan terinspirasi oleh pertunjukan wayang Huaxian, cabang utama Warisan Budaya Takbenda UNESCO dari wayang China yang berasal dari wilayah Huaxian di Provinsi Shaanxi, China.

"Dalam pandangan saya, transformasi inovatif dengan menghormati tradisi merupakan kunci agar warisan budaya takbenda dapat bertahan dan berkembang di era modern," ujar Dang Feihua, seorang pewaris pertunjukan wayang Huaxian yang keluarganya ikut serta dalam perancangan skin tersebut.

Skin gim daring ini merupakan wujud dari upaya kreatif China dalam melindungi dan mempromosikan warisan budaya takbenda di kalangan generasi muda.

Sabtu (8/6) menandai Hari Warisan Budaya dan Alam di China. Pada hari itu, lebih dari 12.000 acara terkait diselenggarakan di seluruh China, termasuk 9.642 kegiatan luring, mulai dari pertunjukan langsung hingga seminar bertema dan pameran fotografi, menurut Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China.

Kegiatan promosi ini bertujuan untuk meningkatkan visibilitas praktik-praktik budaya takbenda sembari memperbarui upaya-upaya perlindungan.

Terlahir dalam keluarga pewaris seni wayang pada tahun 2000, Dang pada 2017 mulai mengeksplorasi cara mengintegrasikan kesenian tradisional tersebut dengan elemen-elemen modern.

Dang terinspirasi untuk melakukan hal itu ketika dirinya menyaksikan pertunjukan yang menggabungkan teknologi proyeksi dan pertunjukan wayang tradisional China, yang menuai tepuk tangan meriah di Venice Biennale.

Sebagai bagian dari tim yang beranggotakan beberapa anak muda berusia 20-an tahun, Dang merancang pembatas buku, anting-anting, dan hiasan gantung bertema wayang, serta mengelola akun terkait di media sosial.

"Dampak wayang telah melampaui bidang budaya karena memungkinkan kita untuk terhubung dengan akar (budaya) dan memperkuat nilai identitas," tambah Dang.

Tahun ini menandai peringatan 20 tahun ratifikasi masuknya China ke dalam Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Takbenda.

Data menunjukkan bahwa hingga akhir 2023, China memiliki lebih dari 100.000 objek warisan budaya takbenda dari berbagai tingkat, termasuk 1.557 yang masuk dalam daftar warisan budaya takbenda nasional. Secara khusus, sebanyak 43 objek dari China telah masuk ke dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

Di pusat kebudayaan dan seni Chongzhou di Provinsi Sichuan, China barat daya, sebuah karya seni anyaman bambu setinggi hampir 4 meter menarik perhatian para pengunjung.

Karya tersebut terdiri dari sebuah naga kartun lucu dan topeng dengan ekspresi tegas menyerupai topeng emas terkenal yang ditemukan di situs legendaris Jinsha. Dipamerkan selama hampir empat bulan, karya itu telah menarik lebih dari 700.000 pengunjung.

Menurut Jia Yanqin, salah satu penciptanya, karya seni tersebut merupakan perpaduan yang sangat indah antara anyaman bambu Daoming, sebuah warisan budaya takbenda nasional China, dan peradaban Kerajaan Shu kuno, yang memiliki masa kejayaan sekitar 3.000 tahun silam.

"Desain itu melambangkan upaya baru untuk membangun kesadaran publik yang lebih besar dalam melindungi warisan budaya, baik benda maupun takbenda," ujar Jia. "Saya berharap di masa depan kita dapat menggunakan berbagai kerajinan tangan tradisional dan artefak ikonis untuk membuat produk yang lebih inovatif."

Lu Yingchuan, Wakil Menteri Kebudayaan dan Pariwisata China, mengatakan bahwa China telah memperkuat upaya perlindungan sistematis terhadap warisan budaya takbenda. Lokakarya dan basis demo telah menjamur di seluruh China, mendorong pengembangan inovatif berbagai warisan budaya takbenda.

"Produk-produk trendi yang baru dikembangkan telah memberikan napas baru ke dalam warisan kuno dan juga memikat konsumen, serta meningkatkan permintaan pasar," ujarnya. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
COPYRIGHT © ANTARA 2024