Yinchuan (ANTARA) - Tian Yong (35) selama bertahun-tahun secara sukarela menyelaraskan jadwalnya dengan gaokao, yang merupakan ujian masuk perguruan tinggi nasional China, untuk menyediakan transportasi gratis secara privat atau "one-on-one" bagi para peserta ujian.

Gaokao tahun ini dimulai pada Jumat (7/6). Gaokao menjadi pintu gerbang krusial bagi jutaan murid China untuk masuk ke universitas dan melanjutkan pendidikan tinggi. Guna memastikan ketersediaannya selama Gaokao periode ini, berbagai cara dilakukan oleh Tian.

"Saya meminta libur, mengubah jadwal saya, atau mengambil jatah cuti tahunan," katanya.

Tian, yang berasal dari Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia di China barat laut, telah berpartisipasi dalam layanan sukarelawan Pita Hijau (Green Ribbon) untuk kali kesepuluh tahun ini.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Tian telah menghubungi para murid dan orang tua yang telah mendaftar untuk layanan ini. Tian memastikan dirinya mengetahui dengan benar alamat rumah dan lokasi ujian mereka sebelum komitmen gaokao mereka.

"Saya biasanya tiba di rumah murid setengah jam lebih awal, dengan membawa air dan susu. Saya juga mengobrol sepanjang perjalanan dengan mereka untuk membantu meredakan rasa tegang mereka," ujar Tian.

Untuk membantu para murid mencapai lokasi ujian mereka dengan aman dan tepat waktu, para pengemudi sukarelawan seperti Tian sudah menjadi semakin umum di China. Selain itu, departemen kepolisian, transportasi, kesehatan, kelistrikan setempat dan departemen lain di seluruh China selama bertahun-tahun juga turut menjaga para murid saat berlangsungnya gaokao.

Layanan sukarelawan Pita Hijau di Kota Yinchuan, Ningxia, telah mengumpulkan 2.500 kendaraan tahun ini, termasuk taksi, mobil layanan berbagi tumpangan (ride-hailing), dan mobil pribadi, menurut penyelenggara layanan itu, Xie Shuangyi.

Para murid dapat menaiki mobil sukarelawan ini, yang ditandai dengan pita hijau, secara gratis dengan menunjukkan kartu pendaftaran ujian mereka kepada para pengemudi.

Shao Mengqi, seorang sopir taksi berusia 47 tahun sekaligus anggota tim Pita Hijau, juga mendedikasikan dirinya untuk mengangkut para murid saat gaokao setiap tahunnya. Dia mengambil istirahat total dari bisnis regulernya untuk berfokus sepenuhnya pada misi ini.

Selama sebelas tahun sejak layanan ini dimulai, para anggota tim telah memberikan tumpangan gratis kepada sekitar 118.000 murid, tutur Xie. Nomor teleponnya tetap sama selama lebih dari 10 tahun, dan tersedia secara daring (online) bagi mereka yang membutuhkan.

"Beberapa hari ini kondisinya sangat sibuk," katanya. "Saya mendapat lebih dari 100 panggilan telepon setiap hari, semuanya berasal dari murid yang mencari tumpangan."

Li Tiao (17) seorang murid di Sekolah Kejuruan Seni Ningxia, berhasil mendapatkan layanan transportasi ujian "one-on-one" ini. Karena lokasi rumahnya yang jauh dari tempat ujian, dia harus tetap berada di sekolah sampai ujian berakhir.

Dia membutuhkan waktu setengah jam untuk menempuh perjalanan dari sekolah menuju tempat ujian dengan sepeda. Dia sangat terkejut bahwa satu panggilan telepon dapat membantunya.

"Orang tua saya sibuk dengan pekerjaan, jadi mereka tidak bisa mendampingi saya selama ujian. Dengan adanya pengemudi sukarelawan yang mengantar jemput saya membuat saya merasa nyaman sekaligus diberkati. Saya menceritakan hal ini kepada orang tua saya, dan itu juga membuat mereka merasa lega," katanya.

Selama bertahun-tahun, Tian Yong telah mengantar banyak murid seperti Li Tiao, yang mengikuti ujian sendirian. Guna memastikan mereka kembali tepat waktu untuk makan dan istirahat, dia kerap bertindak sebagai "wali", menunggu di luar tempat ujian bersama para orang tua.

"Saya tumbuh di keluarga yang kurang mampu, dan banyak orang yang akhirnya membantu saya saat bersekolah. Saya selalu ingin meneruskan kebaikan yang telah saya terima kepada orang lain bila memungkinkan," ungkap Tian.

"Mendampingi para murid saat gaokao terasa sangat berarti. Bahkan banyak yang mengirimi saya surat ucapan terima kasih setelah mereka menerima hasilnya," katanya.

Pada musim panas 2020, Tian mengantar seorang anak perempuan SMA yang orang tuanya sakit-sakitan, dan saudara laki-lakinya menderita penyakit bawaan.

Ketika dia berhasil diterima di Universitas Maritim Shanghai melalui usahanya, Tian dan istrinya memutuskan untuk membantunya secara finansial, memberikan 2.000 yuan (1 yuan = Rp2.239) setiap tahun hingga dia lulus.

"Kami tetap menjalin komunikasi secara rutin. Dia akan lulus tahun ini, dan saya sudah mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi," ungkap Tian. "Dia memanggil saya 'saudara laki-laki' (kakak) dan kini saya punya saudara perempuan lagi."

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2024