Samarinda (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur menggelar diskusi dengan tokoh budaya, akademisi, dan perwakilan komunitas adat di wilayah setempat membahas pelestarian baju adat Kutai, sebagai salah satu hasil karya seni dan budaya daerah.

"Tentunya diperlukan standar khusus (pakem) agar masyarakat luas dapat memahami baju adat Kutai sesuai makna dan filosofinya," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur, Yekti Utami, pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Sanarinda, Senin.

Baca juga: DPMPD: Kaltim miliki 185 komunitas adat di 150 desa

Focus Group Discussion (FGD) bertema "Pelestarian Nilai Budaya Melalui Penyusunan Perumusan Pakem Baju Adat Kutai dan Pesapu (Ikat Kepala Khas Kutai)" tersebut dilaksanakan bersama Ikatan Pengembang Kepribadian Indonesia (IPPRISIA) Provinsi Kalimantan Timur.

Yekti Utami, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan dari tugas Dinas Pendidikan, khususnya di Bidang Kebudayaan, untuk menetapkan dan melestarikan warisan budaya di daerah.

Baca juga: Kutai Kartanegara tampilkan tarian dan adat Suku Dayak

Kegiatan diskusi dengan melibatkan budayawan ini, lanjut Yekti merupakan langkah penting untuk menjaga keaslian dan keunikan budaya Kutai yang merupakan bagian integral dari kekayaan budaya Kaltim.

Lima domain yang dimasukkan dalam proses ini adalah Tradisi Lisan dan Ekspresi, Seni Pertunjukan, Adat Istiadat Masyarakat, Ritual dan Perayaan, Pengetahuan dan Kebiasaan Mengenai Alam dan Semesta, serta Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional.

"Nantinya, setiap seragam kantor akan mengadopsi unsur baju adat Kutai ini. Selain itu, setelah FGD ini juga menciptakan aturan-aturan yang setelahnya akan disosialisasikan oleh Dinas Pariwisata," tambah Yekti.

Baca juga: Tokoh lembaga adat Kutai sedih sungai tercemar

Ketua IPPRISIA Kalimantan Timur, Marliana Wahyuninggrum, menyampaikan bahwa inisiatif ini adalah upaya nyata dalam melestarikan dan mempromosikan warisan budaya lokal.

"Kami melihat pentingnya merumuskan pakem ini agar generasi mendatang tetap bisa memahami dan menghargai kekayaan budaya kita. Baju Adat Kutai dan Pesapu memiliki nilai sejarah dan filosofis yang mendalam dan kami ingin memastikan nilai-nilai tersebut tidak hilang dalam arus modernisasi," ujarnya.

Baca juga: Festival jepen kreasi se-Kaltim semarakkan Erau

FGD ini menghadirkan narasumber dari berbagai bidang, termasuk Budayawan Kalimantan Timur Syafruddin Pernyata, Yayasan Sangkoh Piatu Kutai Hj. Aji Siti Sahran Bagendondari dan Hj. Aji Ani Tiorda Poeger, serta Akademisi Aji Qamara Hakim.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan warisan budaya Kutai dapat terus terjaga dan dikenal oleh generasi muda, sehingga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kalimantan Timur. ***3****

Baca juga: Semangat rehabilitasi hutan adat Muara Tae untuk Nusantara
Baca juga: Pesta adat Erau dimulai

Pewarta: Arumanto
Editor: Tunggul Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024