Indramayu (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia Petani Sejahtera Nusantara AB2TI PSN dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Indramayu bersinergi dalam menggalakkan hilirisasi pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani.

"Jadi, poinnya begini, yang harus kita bangun hari ini adalah ekosistem pangan. Ekosistem pangan yang dimaksud adalah yang berintegrasi mulai dari hulu sampai dengan hilir," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam peresmian Rice Mill Plant (RMP) atau pabrik penggilingan padi, di Indramayu, Jawa Barat, Selasa.

Menurut Arief, hadirnya RMP dapat menunjang hilirisasi pertanian, apalagi Indramayu terkenal sebagai pemasok beras nasional.

Dia berharap ke depan, pabrik penggilingan padi yang ada di Desa Kalensari, Kecamatan Widasari, Indramayu, dapat memproduksi hingga 300 ton setara beras per hari sehingga dapat menunjang kebutuhan pangan nasional.

"Kapasitasnya mungkin baru 40 ton per hari input. Tetapi ini sudah dimulai, tentunya kita berharap setelah ini bisa 100 ton, bisa 200 ton, bisa 300 ton per hari," ujar Arief.

Arief juga meminta kepada Perum Bulog agar menyerap semua produksi beras yang dihasilkan penggilingan padi di Indramayu, sehingga bisa berkontribusi terhadap cadangan beras pemerintah (CBP) sesuai perintah Presiden Joko Widodo mencapai 3 juta ton. Saat ini stok beras pemerintah mencapai 1,67 juta ton.

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki yang turut meresmikan RMP mengatakan bahwa RMP tersebut merupakan salah satu upaya mewujudkan ekosistem produksi pangan di Indonesia.

Ia pun mengaku siap mendukung RMP dengan skema koperasi. Namun, dia mengimbau agar petani konsisten dalam berproduksi padi.

"RMP merupakan ekosistem penting dalam sistem produksi pangan kita terutama beras," kata Teten.
Baca juga: Mentan pacu produksi hingga hilirisasi beras di food estate Kalteng
 

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi (tengah), Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki (tiga kiri), Bupati Indramayu Nina Agustina (kedua kiri), Ketua Umum AB2TI Dwi Andreas Santosa (ketiga kanan),
dalam peresmian Rice Mill Plant (RMP) atau pabrik penggilingan padi di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (11/6/2024). ANTARA/Harianto
Bupati Indramayu Nina Agustina berharap dengan adanya RMP di tengah-tengah areal persawahan dapat mempertahankan Indramayu sebagai pemasok beras nasional.

Ia menyebut Kabupaten Indramayu memiliki lahan baku sawah mencapai 125.442 ribu hektare, dengan rata-rata produksi padi setiap tahunnya sebanyak 7,14 ton per hektare gabah kering giling.

Lebih lanjut, Nina mengatakan produksi beras Kabupaten Indramayu pada tahun 2021 dan tahun 2022 mendapat peringkat pertama nasional sebagai produksi padi tertinggi yaitu 1,8 juta ton.

Selanjutnya pada tahun 2023 produksi padi Indramayu masih tertinggi tingkat nasional 1,67 juta ton gabah kering panen (GKP) atau 1,37 juta ton gabah kering giling (GKG).

"Semoga dengan RMP ini bisa tersalurkan terus padi di Indramayu jadi bisa menghasilkan produksi terus. Kami menyambut baik atas RMP mudah-mudahan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat," ujar Nina.

Ketua Umum AB2TI Dwi Andreas Santosa mengatakan bahwa pihaknya juga mengadakan pabrik gudang beras di berbagai daerah selain di Indramayu, untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil.

Andreas mengatakan bahwa pabrik gudang beras tersebut 100 persen milik petani kecil ini di bawah naungan koperasi AB2TI.

"Petani harus kuat, petani kecil harus kuat. Untuk itu kami membentuk RMP dalam arti petani memiliki pabrik beras dengan mesin terbaik saat ini yang ada di Indonesia. Dalam waktu sampai satu tahun ke depan ini akan kami replikasi di berbagai daerah lain," kata Andreas.
Baca juga: Hilirisasi pertanian dan kunci kesejahteraan petani

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2024