Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut, Indonesia menegaskan komitmennya untuk melanjutkan dan menyelesaikan proses ratifikasi Sistem Perdagangan Preferensi-Organisasi Kerja Sama Islam/OKI (TPS-OIC) untuk kemajuan OKI.

"Negara-negara OKI harus bersinergi memperkuat perdagangan intra OKI guna dapat bertahan di tengah kondisi ketidakpastian global dan gejolak geopolitik saat ini," ujar Zulkifli melalui keterangan, di Jakarta, Selasa.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono yang menghadiri Pertemuan ke-3 Tingkat Pejabat Senior (SOM) Komite Perundingan Perdagangan (TNC) TPS-OIC, di Istanbul, Turki, Senin (10/6), memandang penting peran TPS-OIC dalam memperkuat hubungan kerja sama dan meningkatkan perdagangan antarnegara-negara anggota OKI.

Djatmiko memimpin Delegasi Indonesia pada pertemuan SOM sebagai pendahuluan sebelum rangkaian Pertemuan Tingkat Menteri TPS-OIC dan Pertemuan Informal Menteri D-8.

Ia menyebut, Indonesia berkomitmen untuk melanjutkan proses ratifikasi TPS-OIC dalam rangka peningkatan perdagangan intra-OKI.

"Kami berpandangan, informasi penting terkait cakupan TPS-OIC perlu dibuka aksesnya bagi seluruh negara anggota OKI. Selain itu, pemanfaatan TPS-OIC juga perlu disosialisasikan untuk mendorong aksesi negara anggota lainnya dan turut berkontribusi dalam peningkatan perdagangan intra-OKI," kata Djatmiko.

Lebih lanjut, Pertemuan SOM TNC TPS-OIC membahas perkembangan implementasi TPS- OIC, khususnya oleh 13 negara anggota OKI yang telah menyelesaikan proses ratifikasi.

Pertemuan juga melakukan pembahasan awal atas usulan Turki mengenai kemungkinan perluasan TPS-OIC. Selain itu, pertemuan juga menyiapkan draf Istanbul Ministerial Declaration untuk dapat diadopsi pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-3 TNC TPS-OIC yang akan dilaksanakan Selasa.

Sepanjang 2023, total perdagangan Indonesia dengan negara anggota OKI mencapai 62,2 miliar dolar AS, dengan ekspor Indonesia sebesar 33,2 miliar dolar AS dan impor sebesar 29 miliar dolar AS.

Dengan demikian, Indonesia mendapatkan surplus perdagangan sebesar 4,2 miliar dolar AS. Selama lima tahun terakhir (2019-2023), tren perdagangan menunjukkan peningkatan sebesar 16,5 persen.

Produk ekspor utama Indonesia ke negara anggota OKI meliputi minyak sawit dan turunannya, batu bara, otomotif dan kendaraan bermotor, serta perhiasan. Sedangkan impor utama Indonesia dari negara anggota OKI meliputi produk minyak bumi dan gas, besi dan baja, serta produk kimia bahan baku industri.
Baca juga: Pemerintah perluas akses pasar perdagangan antisipasi resesi Jepang
Baca juga: Kemendag bahas hambatan perdagangan dalam putaran ke-17 IEU CEPA

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2024