Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN Wahyu Pudji Nugraheni mengatakan kesehatan neoratus bayi dan balita merupakan indikator penting dalam menilai kemajuan pembangunan kesehatan suatu negara.
 
Neonatus merupakan kelompok bayi berusia 0 sampai 28 hari yang sangat rentan terhadap berbagai kondisi medis darurat, sehingga mereka memerlukan penanganan segera dan tepat.
 
"Menurunkan angka kematian pada kelompok usia ini merupakan prioritas utama dalam agenda kesehatan nasional," ujarnya di Jakarta, Rabu.
 
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan angka kematian bayi di Indonesia sesuai jalur target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024, namun masih lebih tinggi dari negara-negara di Asia Tenggara.

Baca juga: BRIN teliti manfaat daun kelor untuk atasi stunting dan anemia
 
Di ASEAN, Indonesia menduduki posisi ketiga paling bawah terkait angka kematian bayi dengan jumlah mencapai 16,8 jiwa per 1.000 kelahiran.
 
Negara Asia Tenggara dengan angka kematian bayi paling rendah adalah Malaysia yang hanya 4,6 per 1.000 kelahiran dan Thailand sebesar 4,9 untuk setiap 1.000 kelahiran.
 
Ketua Tim Kerja Maternal dan Neonatal Kemenkes Laila Mahmudah mengatakan pemerintah menargetkan angka kematian bayi sebanyak 16 jiwa per 1.000 kelahiran pada tahun 2024.
 
Jumlah angka kematian bayi paling rendah di Indonesia ada di Jakarta dengan jumlah hanya 9,18 untuk setiap 1.000 kelahiran. Adapun angka kematian bayi tertinggi terdapat di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, sebesar 56,69 bayi untuk setiap 1.000 kelahiran.
 
"Penyebab kematian bayi terbanyak masih akibat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas, sedangkan penyebab kematian balita terbanyak karena diare," kata Laila.

Baca juga: BRIN buat bubur beras dan biskuit bergizi untuk balita cegah stunting
 
Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Indi Dharmayanti menuturkan Indonesia dengan penduduk lebih dari 270 juta jiwa telah menunjukkan penurunan angka kematian neonatal bayi dan balita dalam dua dekade terakhir.
 
Pada tahun 1999 angka kematian bayi di Indonesia tercatat mencapai 46 per 1.000 kelahiran dan pada tahun 2020 hanya berjumlah 16,85 per 1.000 kelahiran.
 
Indi menegaskan Indonesia masih memerlukan percepatan upaya pencapaian target SDGs untuk menurunkan kematian neonatal menjadi di bawah 12 orang per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
 
Menurutnya, kematian neonatal bayi dan balita umumnya tinggi pada wilayah dengan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
 
"Pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu strategi dalam upaya percepatan pelayanan neonatal bayi dan balita," kata Indi.
 
"Akses dan pelayanan kesehatan ibu dan anak tidak bisa lepas dengan program yang diterapkan pembiayaan dan sumber daya kesehatan yang tersedia," ujarnya.

Baca juga: BRIN teliti suplemen zinc dari teripang untuk dukung 1.000 HPK anak

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024