Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Mohammad Nasir mengatakan adanya disrupsi atau perubahan besar karena munculnya teknologi pada pemberitaan media membuat perguruan tinggi harus memperbarui ilmu jurnalisme baru untuk beradaptasi dengan ekosistem digital.

“Bukan hanya perusahaan pers tapi juga perguruan tinggi, fakultas ilmu komunikasi yang mempelajari jurnalisme sudah kehilangan ilmunya karena ilmu lama sudah nggak terpakai, harus melakukan penelitian dari jurnalisme baru,” kata Nasir dalam pemaparan penelitian “Lanskap Industri Media Indonesia dan Dampak Digitalisasi 2023” di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan pembaruan ilmu jurnalisme di era digital sangat diperlukan pada perguruan tinggi yang mempunyai program studi ilmu komunikasi khususnya jurnalisme agar lulusannya bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru,

Jika tidak dilakukan, peminat program studi jurnalisme di universitas akan berkurang. Pada lulusan program studi jurnalisme juga harus dibekali dengan integritas sebagai wartawan profesional agar tidak mencoreng kaidah jurnalistik yang sudah terbentuk sejak lama.

Baca juga: Akademisi ungkap kriteria talenta pers untuk hadapi disrupsi media

Baca juga: Media harus miliki kemandirian untuk jaga keberlanjutan bisnis

“Bagaimana wartawan menjaga integritas, terlebih dalam wawancara kita ajarkan bagaimana wawancara yang tidak menghardik narasumber, harus santun sopan yang bisa membawa kerja sama dan saling memberikan informasi,” kata Nasir.

Selain dari perguruan tinggi, dari sisi redaksi juga harus diberi bekal pelatihan tentang jurnalisme baru agar perusahaannya tetap maju. Pelatihan yang difasilitasi Dewan Pers harus benar-benar dimanfaatkan untuk kemajuan redaksi seperti uji kompetensi dan seminar.

Nasir mengatakan dalam tubuh SMSI pun perlu ada pelatihan pengetahuan jurnalisme agar mereka mengetahui ekosistem perusahaan media dan mengetahui hukum pers agar tidak memaksa wartawan untuk melanggar hukum yang berlaku.

Kolaborasi dan kerja sama tetap dibutuhkan namun jangan sampai mengurangi independensi dari perusahaan pers untuk mempertahankan keberlanjutan dunia pers.

“Kita sebagai orang yang peduli jurnalisme kita harus rawat jangan sampai modelnya tidak jelas, perlu mengawal model jurnalisme jangan membiarkan perubahan jurnalisme mengarah tidak berbentuk, tugas kita mengawal perubahan karena mencegah tidak mungkin,” katanya.

Baca juga: Insan pers penting jaga kualitas kerja jurnalistik di era disrupsi

Baca juga: Dahlan Iskan sebut kepercayaan media harus lebih tinggi dari medsos

Baca juga: Dewan Pers: Kebebasan pers hadapi disrupsi media sosial

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2024