Nanjing (ANTARA) - Mungkin sulit untuk membayangkan bahwa setiap tahunnya, 40 persen biola di dunia diproduksi di Huangqiao, sebuah kota kecil di China timur yang dulunya lebih terkenal dengan roti wijennya dibandingkan dengan musiknya.

Berkeliling di jalanan Huangqiao akan membuka mata Anda pada transformasi yang luar biasa. Sebuah danau berbentuk biola menghiasi alun-alun kota dengan deretan patung violinis di sekitarnya.

Lebih dari 30.000 orang di kota kecil tersebut bekerja di industri biola, memproduksi 700.000 alat musik dawai tersebut secara tahunan. Bahkan, hampir setiap anak di kota itu dapat memainkan alat musik tersebut.

Biola buatan Huangqiao memperoleh reputasi internasional yang gemilang. Di Moskow, Daniyar Abdrakhimov menjual biola-biola itu di toko alat musik miliknya. "Tidak mahal, produksi yang baik, kualitas yang prima, dan suara yang merdu. Bahkan para pemula dapat memainkannya dengan sangat baik," ujarnya.

Berlokasi di Provinsi Zhejiang, Huangqiao mendapat julukan "Cremona dari Timur", sebuah penghormatan kepada kota di Italia tempat biola kali pertama dibuat.

Bagaimana semua hal ini bisa terjadi?

Kisahnya dimulai pada 1960-an saat sejumlah bengkel kerja biola mulai bermunculan di sejumlah kota besar di China seperti Beijing dan Shanghai. Beberapa warga asli Huangqiao, yang menguasai keterampilan tersebut di Shanghai, pulang ke kampung halaman mereka dan membuka sebuah pabrik pembuatan biola.

Li Shu, salah satu anak didik mereka, membuat biola pertama Huangqiao pada awal 1970-an.

Kini, Li menjabat sebagai chairman Jiangsu Fengling Musical Instrument Group, perusahaan yang mengekspor biola ke hampir 90 negara dan kawasan, termasuk Amerika Serikat (AS), Italia, dan Rusia.

"Bukan hal yang mudah untuk memasukkan 'alat musik Barat' buatan China ke pasar luar negeri," tutur Li, sembari menekankan bahwa berbagai teknik yang inovatif menjadikan biola Huangqiao memiliki daya saing global.

Biasanya, kayu untuk pembuatan biola harus dikeringkan selama lebih dari 50 tahun guna memastikan suara yang merdu dan mencegah keretakan, mengingat proses ini mereduksi kandungan air, gula, dan resin.
 
Perusahaan Li mengembangkan teknologi mikrobiologi menggunakan enzim yang ditemukan pada wine untuk menghilangkan sejumlah besar zat pengotor, sehingga memangkas masa pengeringan hingga lebih dari 20 tahun.

Setelah China bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia, industri biola di Huangqiao berkembang pesat, dengan memanfaatkan kualitas yang tinggi dan harga yang murah untuk merambah pasar internasional secara cepat," imbuh Li
Demikian pula dengan Xu Xiaofeng, perajin alat musik dawai (luthier) sarat pengalaman di Huangqiao, yang meyakini bahwa komitmen terhadap kualitas yang tinggi menjadikan biola Huangqiao sebagai "tamu rutin di berbagai pameran alat musik internasional."

Kendati Huangqiao telah menerapkan produksi massal, Xu mengutamakan seni kerajinan tangan, yang dia yakini sebagai hal yang membedakan biola dengan yang dibuat di lini perakitan. Proses tersebut mencakup konfigurasi papan, membuat kepala biola, penyetelan akustik, dan pembentukan deck, yang seluruhnya memengaruhi warna suara.

Diperlukan sekitar 200 langkah untuk membuat biola, dan Xu menggergaji setiap papan dan mengebor setiap lubang menggunakan tangan.

Xu masih ingat dengan reaksi seorang pelanggan dari luar negeri saat memainkan salah satu produknya yang paling awal.

"Saya menanyakan pendapat soal penilaiannya terkait biola ini, dan dia berkata, 'Luar biasa. Anda membuat produk sebaik ini menggunakan tangan!'" kenang Xu.

Xu juga mendirikan sebuah bengkel pembuatan biola di Huangqiao, tempat dia melatih ratusan pembuat biola. Saat ini, kota itu memiliki lebih dari 200 perusahaan manufaktur biola dan pendukungnya.

Industri biola tidak hanya menciptakan lapangan kerja bagi warga Huangqiao, tetapi juga memperkaya kehidupan di luar pekerjaan mereka. Pemerintah setempat mendorong pendidikan musik, memungkinkan para pelajar dari kelas satu hingga lima untuk belajar bermain biola. Bahkan, banyak bayi di Huangqiao kerap bermain dengan biola sebagai mainan.

"Mereka tidak hanya belajar soal industri di kampung halaman mereka, tetapi juga mengembangkan hobi dan cita rasa seni mereka melalui pembelajaran musik," ujar Qian Hui, guru biola di Huangqiao.

Banyak murid meniti karier musik profesional, melanjutkan studi mereka di berbagai akademi musik prestisius di China dan luar negeri, imbuh Qian.

Sejak 2017, Huangqiao telah menjadi venue tetap bagi penyelenggaraan Hari Pertunjukan Alat Musik Internasional (International Musical Instrument Performance Day) di China. Ribuan musisi, orkestra, dan penggemar musik di seluruh dunia berkumpul di "ibu kota biola" China tersebut setiap tahunnya, yang disatukan dengan rasa cinta mereka yang tulus terhadap musik.

Usaha sederhana yang dimulai oleh beberapa pengrajin yang pulang ke kampung halaman mereka telah berkembang menjadi simfoni global, yang menggema jauh melampaui batas kota tersebut. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2024