Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan pihaknya melakukan percepatan pemerataan dan keadilan dalam layanan kesehatan, salah satunya melalui program pengampuan layanan prioritas Kanker Jantung Stroke dan Uronefro (KJSU) dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

“Kebutuhan transfer of knowledge dalam rangka percepatan penguasaan bidang keahlian tertentu seperti transplantasi jantung, tata laksana kelainan jantung bayi dan anak serta pengembangan precision medicine di Indonesia,” kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya pada pernyataan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan upaya tersebut dilakukan agar publik dapat mengakses layanan tanpa harus lama mengantre atau ke luar provinsi.

Dalam upaya pembangunan di bidang kesehatan, lanjutnya, Kemenkes menjalankan strategi transformasi kesehatan dengan enam pilar, dimana pemenuhan sarana prasarana baik layanan primer maupun layanan rujukan terus dilakukan.

Baca juga: Program pengampuan RS untuk meningkatkan mutu pelayanan

Azhar menilai pemenuhan alat-alat diagnostik maupun layanan untuk operasi dapat dengan cepat dipenuhi melalui mobilisasi berbagai sumber pendanaan. Tetapi, lanjutnya, yang masih menjadi tantangan besar adalah ketersediaan SDM kesehatan untuk menjalankan layanan KJSU.

Berbagai langkah terobosan ditempuh guna mengatasi rasio dokter yang rendah di Indonesia yaitu 0,46 per 1.000 penduduk, yang membuat Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, yang memiliki rasio dokter di atas 1 per 1.000 penduduk.

Dia mengatakan salah satunya melalui pemanfaatan tenaga medis Warga Negara Asing (WNA) untuk transfer ilmu sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan tertentu, dimana dokter dengan kompetensi dan keahlian tersebut tidak tersedia atau sangat terbatas di RS Kemenkes.

Dia menuturkan program tersebut baru-baru ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik di Medan, Sumatera Utara, bekerja sama dengan King Salman (KS) Relief dan Muslim World League dari Arab Saudi untuk menyelenggarakan transfer pengetahuan dan kegiatan sosial berupa operasi jantung gratis bagi pasien tidak mampu.

Baca juga: Menkes: Kualitas kesehatan RI ditingkatkan dengan bantuan dokter asing

Kegiatan tersebut, kata dia, terdiri dari tiga periode pelayanan, yang pertama berlangsung dari awal Mei hingga 27 Mei yang menargetkan 10 pasien. Periode kedua berlangsung dari 2 hingga 9 Juni 2024. Periode ketiga berlangsung dari 25 hingga 1 Juli 2024. Periode kedua dan ketiga menargetkan 15-20 pasien.

Adapun tim medis berjumlah 22 orang dari Arab Saudi, kata Azhar, akan terus membantu menyelamatkan nyawa masyarakat tidak mampu dan juga memberikan ilmu dan keterampilan bedah jantung terbuka tingkat lanjut kepada dokter-dokter Indonesia.

Dia menilai sudah banyak Rumah Sakit (RS) Kemenkes yang merupakan RS wahana pendidikan bagi dokter spesialis maupun subspesialis yang melakukan alih teknologi melalui kerja sama dengan tenaga medis WNA.

Azhar menambahkan pengaturan terkait program ini akan mengacu pada peraturan dan ketentuan yang ada. Selanjutnya, kata dia, penting bagi para direksi rumah sakit Kemenkes melakukan kajian kebutuhan dan mengusulkan kebutuhan program ini berdasarkan situasi rumah sakit masing-masing.

Baca juga: Kemenkes: Pengampuan uro-nefro harus dicapai seluruh RS vertikal

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024