Jakarta (ANTARA) - PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) atau Moratelindo dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) memutuskan untuk menggunakan laba bersih senilai Rp678,17 miliar sebagai laba ditahan.

Kemudian, sisanya, laba bersih yang senilai Rp1 miliar dialokasikan sebagai dana cadangan perseroan.

“Laba ditahan, penggunaannya untuk ekspansi pengembangan jaringan telekomunikasi,” ujar Direktur Utama Jimmy Kadir dalam Konferensi Pers setelah RUPST, di Jakarta, Kamis.

Dengan demikian, dalam RUPST ini perseroan memutuskan untuk tidak membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham.

Jimmy menjelaskan, jumlah home pass perseroan yang sebanyak 548.674 pada 2022 bertambah menjadi sebanyak 692.090 pada tahun 2023, dengan pertambahan pelanggan segmen retail pada tahun 2022 sebanyak 139.301 pelanggan menjadi sebanyak 166.120 pelanggan pada tahun 2023.

Selain itu, segmen enterprise mengalami peningkatan pelanggan korporasi, baik dari swasta maupun pemerintah, yaitu dari 8.621 pelanggan pada 2022 menjadi 10.237 pelanggan pada tahun 2023.

“Peningkatan tersebut terjadi berkat perluasan jaringan access dan Fiber to the Building (FTTB) pada 2022 sejumlah 227 gedung menjadi 244 gedung pada 2023, serta peningkatan kapasitas bandwidth pada tahun 2022 sebesar 25.900 G menjadi 29.700 G pada tahun 2023,” ujar Jimmy.

Ia melanjutkan, perseroan tetap fokus mengembangkan segmen bisnis ritel FTTH dan FTTX (Oxygen.id), khususnya di wilayah dengan permintaan tinggi.

EBITDA perseroan meningkat dari sebelumnya 2,19 triliun pada tahun 2022, menjadi senilai 2,23 triliun pada tahun 2023, dengan EBITDA margin 47 persen pada tahun 2022 menjadi 52 persen pada tahun 2023.

Kemudian, laba bersih perseroan meningkat dari sebelumnya Rp673 miliar pada tahun 2022 menjadi senilai Rp679 miliar pada tahun 2023, dengan net profit margin sebesar 14 persen pada tahun 2022 menjadi 16 persen pada tahun 2023.

Perseroan tetap mempertahankan status keuangan yang kuat, dengan peningkatan ekuitas, dari sebesar Rp6,24 triliun pada tahun 2022 menjadi senilai Rp 6,92 triliun pada tahun 2023, atau meningkat 11 persen year on year (yoy) dan juga Debt to Equity Ratio (DER) yang membaik dari 139,14 persen pada tahun 2022 menjadi 115,18 persen pada tahun 2023.

Dari sisi pasar modal, perseroan mencatatkan Penawaran Umum Berkelanjutan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Moratelindo Tahap I Tahun 2023 Seri A dan Seri B sebesar Rp488,55 miliar, dan Penawaran Umum Berkelanjutan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Moratelindo Tahap II Tahun 2024 Seri A dan Seri B senilai Rp279,3 miliar.

Atas Penawaran Umum Berkelanjutan tersebut, Perseroan memperoleh hasil pemeringkatan idA+sy (Single A Plus Syariah) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Baca juga: Moratelindo terbitkan Sukuk Ijarah, incar dana Rp3 triliun
Baca juga: Moratelindo akan fokus bisnis Fiber To The Home pada 2023

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2024