Jakarta (ANTARA) - Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) menjalankan program inisiatif Indonesia Clean Metal Initiatives dalam rangka mendukung dekarbonisasi.

Head of Strategic Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) Zulfal Faradis mengatakan, ICDX terus memperkuat komitmen mendukung dekarbonisasi dengan berbagai program inisiatif yang menekankan praktik keberlanjutan. Upaya ini direalisasikan dalam bentuk Indonesia Clean Metal Initiatives.

“Industri perlu merancang strategi dekarbonisasi dan mencapai produksi green metals. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan menerapkan instrumen-instrumen lingkungan yang mendukung pemanfaatan energi bersih terbarukan secara optimal, penggunaan Renewable Energy Certificates (REC) atau Sertifikat Energi Terbarukan dalam memproduksi sebuah timah atau logam lainnya merupakan cara potensial dalam mendukung dekarbonisasi," ujar Zulfal Faradis di Jakarta, Kamis.

Dengan inisiasi ini, ICDX sebagai bursa penyelenggara perdagangan komoditas timah, mendorong pelaku industri critical minerals, terutama sektor timah, untuk menerapkan praktik operasional bisnis yang berkelanjutan dengan fokus pada mitigasi dampak terhadap lingkungan, termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Hal ini didasari laporan dari McKinsey & Company 2023 menyoroti bahwa pada aktivitas Metal dan Mining, produksi komoditas hingga pengelolaan bahan baku, menghasilkan sekitar 20 persen emisi gas rumah kaca (GRK).

“Timah sebagai salah satu komoditas unggulan, memainkan peran dalam menyediakan bahan baku yang diperlukan untuk teknologi berkarbon rendah melalui praktik “green metals” atau praktik yang mengedepankan proses ramah lingkungan pada produksi logam. Namun, untuk secara efektif mengurangi jejak karbonnya, industri ini harus memitigasi strategi yang tepat,” kata Zulfal Faradis.

Kebutuhan akan logam hijau atau Green Metals, merujuk pada logam-logam yang memiliki sifat ramah lingkungan, diproyeksikan akan meningkat dalam sektor perdagangan logam di Uni Eropa (UE).

Menurut laporan Analisis Bain 2023, pasar untuk green metals di UE diperkirakan akan mencapai 4-5 miliar dolar AS pada tahun 2025 dan melonjak hingga 5 kali lipat, mencapai 20-30 miliar dolar AS pada tahun 2030.

Di Indonesia sendiri, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia juga tengah mengantisipasi mekanisme Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) atau Penyesuaian Batas Karbon dengan menambahkan tarif atau pajak bea masuk terhadap barang impor ke Uni Eropa (UE), dan ini akan diberlakukan pada tahun 2026.

Baca juga: ICDX catat peningkatan transaksi 10 persen di kuartal I-2024

“ICDX Group, melalui Indonesia Climate Exchange (ICX), telah memfasilitasi perdagangan Sertifikat Energi Terbarukan, atau yang dikenal sebagai Renewable Energy Certificates (REC) dengan pengakuan internasional yakni IREC dan TIGRs. Terkait REC ini, setiap 1 unit sertifikat REC mewakili konsumsi energi listrik 1 Megawatt-hour (MWh) yang barasal dari pembangkit listri energi terbarukan," kata Zulfal Faradis.

ICDX sendiri sejak tahun 2023 memfasilitasi beberapa perusahaan dalam perdagangan REC ini. Selain REC, ICDX juga melakukan inisiatif-inisiatif lain yang berfokus pada pelaksanaan bisnis yang berkelanjutan sesuai dengan konsep good governance, seperti program penanaman mangrove, dan penggunaan kalkulator karbon melalui kampanye Green Neutral Carbon, dengan harapan dapat berkontribusi pada dekarbonisasi menuju Net Zero Emission 2050.

Baca juga: ICDX: Transaksi tujuan "hedging" dapat dimanfaatkan produsen komoditi
 

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Evi Ratnawati
COPYRIGHT © ANTARA 2024