Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan menggelar Forum Gas Bumi 2024 pada 19 — 20 Juni 2024 untuk mengoptimalkan serapan gas bumi nasional.

Forum tersebut mengangkat tema “Membangun Sinergi Infrastruktur dan Pasar Gas Bumi Dalam Rangka Optimalisasi Penyerapan Gas Bumi Nasional”.

“Indonesia memiliki prospek yang sangat baik. Sumber gas kita sangat melimpah. Dari 5 temuan cadangan gas terbesar di dunia tahun lalu, dua di antaranya berada di Indonesia. Ini menjadi hal positif untuk menuju transisi energi ke depan,” kata Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi saat konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Terlebih, Pemerintah juga sangat mendukung pengembangan gas bumi baik dari sisi pendanaan, infrastruktur, maupun kebijakan. Dukungan Pemerintah menambah peluang potensi penyerapan gas bumi domestik.

Baca juga: SKK Migas: Target 1 juta BOPD pacu investasi hulu migas

Menurut Kurnia, kebutuhan gas bumi di Jawa Barat belum terpenuhi secara maksimal akibat menurunnya pasokan gas bumi secara alamiah dari wilayah Sumatera Selatan dan Jawa Barat.

Sementara itu, terdapat ekses pasokan gas bumi di Jawa Timur dan Jawa Tengah karena belum optimalnya serapan.

"Dengan demikian, perlu ada sinergi antara para produsen gas bumi, pelaku midstream, serta pembeli dan pengguna agar serapan dapat lebih optimal," jelas dia.

Untuk itu, Forum Gas Bumi 2024 difokuskan untuk memberikan informasi mengenai kondisi pasokan jangka pendek serta rencana pasokan jangka menengah-panjang di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Forum juga akan memetakan kebutuhan pembeli utama di wilayah tersebut, serta pemetaan pasokan gas dari Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan gas di Jawa Barat setelah selesainya pembangunan pipa Semarang – Cirebon Tahap II.

Baca juga: SKK Migas: Manajemen rantai pasok harus agresif guna dongkrak produksi

Kepala Divisi Komersialisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas Rayendra Sidik menyinggung soal pentingnya pembangunan infrastruktur pipa gas yang belum tersambung, seperti Dumai – Sei Mangke, Cirebon – Semarang, dan West Natuna Transportation System (WNTS) ke Batam (Pulau Pemping).

Menurutnya, tersedianya infrastruktur pendukung dan alternatif pembeli akan memberikan kepastian bagi investor hulu migas, terutama dalam hal optimalisasi serapan sumber gas di lapangan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama).

“Dengan infrastruktur pendukung, diharapkan dapat mengembangkan pasar gas dan perekonomian sepanjang jalur pipa, serta menjamin pasokan gas untuk wilayah Jawa Barat dengan adanya alternatif pasokan,” ujar Rayendra.

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024