Jakarta (ANTARA News) - Di dalam tenda berukuran dua kali empat meter yang penuh sesak, Fatmawati dengan cekatan mempersiapkan air minum untuk para pengungsi korban banjir Kampung Pulo yang sedang menunggu waktu makan siang di Posko Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

Ibu dari empat anak itu sudah 10 hari menginap di tenda tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kecamatan Jatinegara.

Dia siaga hampir seharian penuh untuk mempersiapkan kebutuhan logistik bagi para pengungsi dan membantu mengevakuasi korban banjir.

"Tidur satu jam saja sudah bagus Mas buat saya," ujarnya.

Fatmawati dan 14 petugas Tagana sudah bersiaga di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur, sejak Minggu (12/1), ketika banjir mulai melanda Jakarta.

Perempuan yang tinggal di kawasan Tambun, Bekasi, Jawa Barat, itu rela meninggalkan keluarganya untuk sementara demi membantu para pengungsi banjir.

Menjadi anggota Tagana sejak 2010, membuat Fatmawati sadar betul risiko yang harus dia hadapi sebagai terima bagian dari tim penyelamat.

Termasuk ketika tidak bisa terus mendampingi keluarga yang sedang kebanjiran untuk membantu korban banjir di daerah lain.

Saat membantu para pengungsi banjir di Kampung Pulo beberapa hari lalu, Fatmawati mendengar kabar buruk dari Ketua Rukun Tetangga (RT) yang menyebutkan bahwa rumahnya juga kebanjiran.

Sebagai orangtua tunggal, Fatmawati sempat cemas memikirkan keempat anaknya yang pasti sangat membutuhkan kehadirian dia pada saat-saat sulit seperti itu.

Akhirnya, setelah mengevakuasi warga di Kampung Pulo dia bergegas pulang untuk melihat kondisi keempat anaknya di rumah.

"Pontang-panting saya pulang. Alhamdulillah di Tambun airnya cepat surut," kata Fatmawati, yang ketika itu hanya bisa pulang ke rumah selama beberapa jam saja.

"Setelah semuanya aman, saya kembali lagi ke sini," tuturnya.

Setelah kejadian itu Fatmawati setiap hari berkomunikasi dengan ketua RT di kediamannya dan anak sulung dia untuk memantau keadaan semua anggota keluarganya.


Pandai membujuk

Fatmawati dikenal pandai membujuk warga yang berkeras tidak mau meninggalkan rumah saat banjir. Ia juga menjadi sosok ibu dalam tim SAR Tagana.

Di hujan dan medan yang sulit, ia berusaha tetap tenang mengevakuasi warga meski kekhawatiran berkecamuk dalam hatinya.

"Saya ingatkan dulu betapa pentingnya evakuasi saat bencana sedang bahaya-bahayanya seperti ini, terutama untuk Ibu-ibu hamil," ujarnya.

Dia juga harus sabar menghadapi orang-orang dengan beragam karakter saat membantu warga di tempat pengungsian.

"Menjadi relawan di sini juga sangat melatih kesabaran, karena setiap hari saya berhadapan dengan pengungsi yang kerap merasa kebutuhannya tidak tercukupi. Akibatnya saya juga yang diprotes," kata dia lalu terkekeh.

Namun semua itu tidak membuat Fatmawati kapok untuk menjadi relawan Tagana dan dia berusaha menularkan kepeduliannya kepada sesama pada anak-anaknya.

Oleh I029
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2014