Jakarta (ANTARA) - Direktur Center for Energy Policy M Kholid Syeirazi mengapresiasi kinerja positif Pertamina sepanjang 2023 yang terus meningkat di tengah situasi yang tidak mudah termasuk kondisi geopolitik yang tidak menentu dan tingginya kurs mata uang.

"Ada peningkatan kinerja. Harus diapresiasi karena terjadi di tengah situasi yang tidak mudah," kata Kholid melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat.

Di sisi hulu, lanjutnya, kinerja perusahaan meningkat sehingga sekarang produksi Pertamina mencapai 70 persen dari porsi kebutuhan nasional, sementara di sektor gas mencapai 37 persen.

Ia mengatakan, keberhasilan Pertamina tak lepas dari hasil produksi lapangan minyak (wilayah kerja/WK) seperti Blok Rokan, Blok Mahakam, dan wilayah kerja lainnya.

Menurut dia, keberhasilan BUMN migas itu mengelola berbagai WK juga tidak mudah, meskipun merupakan blok alih kelola, namun jika Pertamina tak kompeten tentu akan mengalami penurunan produksi.

Begitu juga pada midstream dan downstream Kholid berharap Pertamina terus meningkatkan kinerja termasuk di antaranya segera menyelesaikan pembangunan kilang, sehingga bisa mendukung peningkatan ketahanan energi dan mengurangi impor.

Sebelumnya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Perseroan Tahun Buku 2023 di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (10/6) mengatakan kinerja perusahaan sepanjang 2023 mengalami peningkatan.

Capaian tersebut berkat efisiensi, optimalisasi biaya, manajemen liabilitas, serta komitmen penyelesaian piutang pemerintah kepada Pertamina.

"Seiring dengan pertumbuhan operasional, capaian keuangan pun meningkat berkat efisiensi, optimalisasi biaya, manajemen liabilitas, serta komitmen penyelesaian piutang pemerintah kepada Pertamina," ujarnya.

Dalam laporan tahun buku 2023, produksi migas bertumbuh 8 persen dari tahun 2022 sebesar 967 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) menjadi 1.044 MBOEPD pada 2023.

Begitu juga dengan pengolahan dan petrokimia yang mengalami peningkatan produksi sebesar 341 juta BBL pada  2023. Sementara pada bisnis pemasaran dan niaga, realisasi penjualan produk BBM dan Non-BBM juga meningkat menjadi 100 juta KL di  2023.

Terpisah, pengamat BUMN dari Datanesia Institute Herry Gunawan juga menilai positif kinerja Pertamina yang mana keberhasilan di sektor hulu tak lepas dari berbagai inovasi teknologi yang dilakukan.

Tidak hanya untuk mencari sumber-sumber minyak baru, tambahnya tetapi juga untuk meningkatkan produksi. Semisal melalui enhanced oil recovery (EOR).

Menurut dia, di tengah kondisi geopolitik tidak menentu perusahaan negara tersebut juga dinilai mampu mengelola manajemen operasional dengan baik, termasuk di antaranya melakukan efisiensi dengan sangat baik, antara lain inovasi rantai nilai pada sektor hulu hingga hilir.

"Harga minyak di pasar internasional kan tidak bisa dikontrol oleh Pertamina, tapi oleh pasar. Jadi ya harus diterima apa adanya. Sementara kegiatan operasional justru bisa dikontrol, dan ini yang dilakukan oleh Pertamina, yakni optimalisasi biaya. Ini membuat kinerja perusahaan tetap positif," ujar Herry.

Baca juga: Pertamina Trans Kontinental cetak laba bersih Rp1,05 triliun
Baca juga: Pertamina pastikan Pertalite tetap dipasok walaupun ada Pertamax Green
Baca juga: Pertamina sepakati harga avtur BIJB Kertajati dibuat kompetitif


 

Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2024