Ambon (ANTARA) - Kapal Ekspedisi Plastic Odyssey mengajak komunitas lingkungan di Kota Ambon dapat memerangi sampah dengan inovasi teknologi

“Kami membawa Plastic Odyssey ke Ambon untuk bekerja sama dengan masyarakat mengatasi masalah sampah plastik dengan solusi dan inovasi teknologi yang berkelanjutan,” kata Pendiri Plastic Odyssey Simon Bernard, di Ambon, Maluku ,Sabtu.

Hal ini disampaikannya, saat Plastic Odyssey menyinggahi Kota Ambon sebagai kota pertama di Asia Tenggara dan Indonesia dalam rangka kampanye solusi persoalan sampah plastik di Ambon.
 

Plastic Odyssey merupakan organisasi perintis yang didedikasikan untuk mengurangi polusi plastik di seluruh dunia. Dengan menggabungkan inovasi, edukasi, dan keterlibatan masyarakat.

Baca juga: Solusi peraih Kalpataru 2024 dari Bali yang merevolusi sampah plastik

Plastic Odyssey juga berupaya menciptakan solusi berkelanjutan untuk krisis sampah plastik. Organisasi ini berkeliling dunia, berkolaborasi dengan komunitas lokal untuk menerapkan praktik pengelolaan sampah yang efektif dan mempromosikan pelestarian lingkungan.

“Ambon merupakan kota kepulauan yang dinamis, dan saat ini menghadapi tantangan yang signifikan dengan polusi plastik, yang mana ini mempengaruhi pantai-pantai yang masih asli dan kaya akan kehidupan biota lautnya,” ujarnya.

Ia mengaku, Plastic Odyssey siap untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah, organisasi, dan masyarakat setempat untuk bersama-sama mengatasi krisis lingkungan di Ambon.

Tim Plastic Odyssey akan mendemonstrasikan teknologi daur ulang yang bisa mengubah sampah plastik menjadi produk yang bermanfaat.

Solusi ini juga dirancang agar bisa menghemat biaya dan bisa memberikan manfaat jangka panjang untuk perekonomian dan juga lingkungan setempat.

“Tujuan kami untuk menginspirasi dan membekali penduduk masyarakat lokal dengan alat dan pengetahuan yang mereka butuhkan demi menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan,” jelas Simon.

Baca juga: Peneliti: Penting kelola sampah plastik hindari dampak ke lingkungan

Sementara itu, salah satu komunitas lingkungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Moluccas Coastal Care (MCC) menyatakan, sebagai LSM lingkungan, MCC dan beta bank sampah juga telah memulai melakukan inovasi yang sama seperti plastic odyssey.

“Dengan menggunakan peralatan sederhana kami telah mencetak furniture dari sampah plastik yang dibuat menjadi kursi, gelang, tas yang nantinya akan dipamerkan pada pertengahan Juni 2024,” kata Direktur MCC Teria Salhuteru.

Menurutnya, saat ini warga serta pemerintah sudah harus berani memulai berinvestasi agar ada solusi nyata bagi persoalan sampah di Kota Ambon.

Ia juga berharap, ada pelatihan untuk meningkatkan SDM dalam mengoperasikan peralatan-peralatan teknologi, jika nantinya ada peluang kolaborasi dengan negara-negara lain atau NGO dari luar yang fokus pada persoalan sampah di laut.

“Pemerintah Provinsi Maluku sudah harus memikirkan masa depan Maluku dalam berkontribusi mengurangi sampah plastik lewat berinvestasi pada teknologi pengelolaan sampah plastik, seperti yang telah dilakukan di negara-negara maju,” ucapnya.


Baca juga: UIN: Sampah plastik perlu pendekatan Nudge untuk perubahan perilaku
Baca juga: PUPR resmikan jalan aspal plastik di Bali


Pewarta: Winda Herman
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2024