Jakarta (ANTARA) - Konsorsium lingkungan Net Zero Waste Management Consortium (NZWMC) menyatakan saat ini hampir sebagian besar perusahaan belum menyusun "roadmap" atau peta jalan pengurangan sampah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No. 75/2019.

Founder NZWMC Ahmad Safrudin menyebutkan sebagaimana yang diatur PermenLHK No. 75/2019, perusahaan manufaktur, retail serta hotel, restoran dan katering (horeka) dimandatkan menyusun peta jalan pengurangan sampah.

"Sebagian besar perusahaan belum mematuhi ketentuan penyusunan 'roadmap' pengurangan sampah," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Selain perusahaan, tambahnya, provinsi dan kabupaten/kota juga belum menyusun rencana aksi penanganan sampah yang selaras dengan aksi pengurangan sampah.

Ketua Harian NZWMC Amalia S Bendang menambahkan dari hasil pelaksana Audit Sampah Sungai Ciliwung 2023 menunjukkan Ciliwung telah menjadi bejana sampah yang unik.

Dari total 32.364 sampah yang berhasil dipilah dari enam titik sampling Sungai Ciliwung, terdapat 10 jenis sampah yang ditemukan dimana 7 di antaranya adalah material polimer termasuk kain, karet, kayu, kertas, logam, plastik, serta gabus.

Baca juga: KLHK: Pengelolaan sampah jadi pupuk dukung upaya pengurangan emisi

Baca juga: ADB perkuat program pengurangan sampah plastik laut di Indonesia 


Sampah plastik paling banyak ditemukan secara konsisten di berbagai titik dalam bentuk kantong kresek baik secara utuh maupun serpihan dengan total akumulasi mencapai 19.466 buah atau sekitar 67,88 persen dari keseluruhan sampah yang berhasil dikumpulkan dan dipilah.

Posisi ini disusul oleh bentuk sampah bungkus dan sachet plastik yang berhasil dipilah masing-masing sekitar 3.974 dan 3.324 buah atau sekitar 13 persen dan 11 persen dari total akumulasi sampah keseluruhan.

Selain itu, sampah bernilai ekonomi seperti botol PET dan cup PP juga masih mengalir di Sungai Ciliwung

"Timbulan sampah di badan sungai menjadi cermin cara pengelolaan persampahan kita. Produsen, retail, horeka masih belum sungguh-sungguh menjalankan upaya pengurangan sampah sesuai amanat regulasi," katanya dalam sebuah diskusi.

Menurut Ahli pengelolaan kualitas udara Dr Esrom Hamonangan mengurangi timbulan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti merancang dan merencanakan proses industrialisasi produk dengan material (produk dan kemasan yang sesedikit mungkin) berpotensi menjadi sampah.

Kemudian mengembangkan pola konsumsi secara menyeluruh, global dan holistik dalam lingkup makro kemudian diturunkan menjadi berbagai kegiatan teknis pada tingkat mikro.

"Berbagai upaya mengurangi timbulan sampah harus dilakukan untuk menekan dampak lingkungan hidup baik limbah padat, cair maupun gas, terutama penyebab pencemaran udara dan krisis iklim," ujarnya.

Sementara pakar lingkungan dari Jepang Prof Minoru Fuji menyampaikan penanganan sampah melalui produksi dan pemanfaatan plastik Netral Karbon atau LCCN (Lifecycle Carbon Neutral) merupakan metode pengolahan sampah dengan emisi polusi udara, GRK dan limbah berbahaya yang rendah.

"Meningkatnya penggunaan teknologi LCCN Ready (waste to steam) di Jepang, Eropa dan Korea telah menghasilkan manfaat lingkungan dan ekonomi yang signifikan," katanya.

Menurut Direktur Penanganan Sampah KLHK Novrizal Tahar pengolahan sampah berbasis LCCN dapat menjadi solusi pada "less landfill policy", yang mana kebijakan ini adalah andalan waste management KLHK dalam rangka menekan 40 juta ton sampah pada 2030.

"Climate crisis, biodiversity depletion dan environmental pollution yang kita hadapi saat ini antara lain harus diatasi dengan waste management melalui scenario pengurangan sampah pada tataran pencegahan dan skenario pengolahan sampah pada tataran penanganannya," ujarnya.

Baca juga: Peneliti BRIN sebut ada urgensi pengurangan sampah dari sumber

Baca juga: ASPADIN ajak produsen berkontribusi kurangi sampah di Indonesia

 

Pewarta: Subagyo
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2024