Beijing (ANTARA) - Pengembangan detektor di orbit untuk misi antariksa gabungan China-Eropa telah selesai, dan siap untuk diintegrasikan ke dalam platform satelit yang berlokasi di Eropa pada tahun ini, menurut kepala ilmuwan misi tersebut.

Solar Wind Magnetosphere Ionosphere Link Explorer (SMILE) merupakan misi antariksa gabungan antara Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS) dan Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) yang bertujuan memperdalam pemahaman mengenai hubungan Matahari-Bumi dengan mengamati interaksi dinamis antara angin surya dan magnetosfer Bumi.

SMILE dijadwalkan akan diluncurkan pada 2025 dari pusat peluncuran antariksa Eropa di Kourou, Guyana Prancis, kata Wang Chi, Direktur Pusat Ilmu Pengetahuan Antariksa Nasional (National Space Science Center/NSSC) yang berada di bawah naungan CAS, pada Konferensi Internasional pertama mengenai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Antariksa, yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Beijing, pada Sabtu (15/6).

Dalam pertemuan tersebut, Wang menyoroti agenda berwawasan ke depan China untuk eksplorasi luar angkasa, menekankan penelitian perintis tentang materi gelap dan gelombang gravitasi di luar angkasa, pencarian planet yang dapat dihuni dan tanda-tanda kehidupan alien, serta kemajuan ilmu biologi dan fisika berbasis luar angkasa.

Wang mengumumkan proyek Hongmeng, yang juga dikenal sebagai Discovering the Sky at the Longest Wavelengths (DSL), yang merupakan upaya inovatif yang bertujuan untuk mengungkap misteri Zaman Kegelapan alam semesta dengan menggunakan gelombang radio tingkat megahertz.

Misi tersebut dirancang untuk menyertakan satu satelit induk dan sembilan satelit anak yang beroperasi di orbit sirkular Bulan pada ketinggian 300 kilometer, ungkap Wang.

Selain itu, dalam peta jalan eksplorasi luar angkasa jauh (deep-space) China, misi Earth 2.0 akan mengirim serangkaian teleskop ke orbit L2 Bumi-Matahari untuk mengeksplorasi planet-planet mirip Bumi yang dapat dihuni di luar tata surya.

Wang juga menyebut proyek Enhanced X-ray Timing and Polarimetry (eXTP), yang akan meluncurkan muatan ke orbit sangat elips (highly elliptical orbit/HEO) untuk mengeksplorasi benda-benda angkasa yang masih misterius seperti lubang hitam dan bintang neutron.

Proyek eXTP telah menjangkau para ilmuwan dari lebih dari 20 negara, termasuk Italia, Jerman, dan Prancis, dengan tawaran untuk bekerja sama.

Menurut Wang, China juga diperkirakan akan meluncurkan sejumlah satelit seperti Taiji-2 ke orbit Matahari untuk membentuk konstelasi dengan Taiji-1, yang dikirim ke luar angkasa pada 2019, dan melakukan deteksi gelombang gravitasi di luar angkasa.

Ilmuwan antariksa Prancis Pierre-Yves Meslin menguraikan kemajuan Detection of Outgassing RadoN (DORN), instrumen ilmiah yang dikembangkan oleh para ilmuwan Prancis dan dibawa oleh wahana pendarat (lander) Chang'e-6 milik China, serta memuji keberhasilan kerja sama antara Prancis dan China.

Sebuah konsorsium ilmuwan dari China, Prancis, dan Rusia juga mempresentasikan temuan dan perspektif terbaru mereka di bidang ilmu pengetahuan antariksa pada pertemuan tersebut.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
COPYRIGHT © ANTARA 2024