Canberra (ANTARA) - Dalam perjalanan sejarah, China dan Australia telah lama berjalan maju secara berdampingan, dan telah mendapat banyak manfaat dari kerja sama yang saling menguntungkan.

Namun, dalam satu dekade terakhir, hubungan bilateral telah menghadapi berbagai tantangan. Dipengaruhi oleh tekanan eksternal, beberapa politisi Australia memandang kebangkitan China sebagai ancaman, yang mengarah pada tindakan yang tidak menguntungkan seperti melarang perusahaan-perusahaan China untuk berpartisipasi di sektor jaringan 5G Australia dan bergabung dengan kemitraan AUKUS (Australia, Inggris, dan Amerika Serikat) dalam hal kapal selam bertenaga nuklir.

Tindakan-tindakan ini telah mengganggu lintasan positif kerja sama China-Australia, menyebabkan ketegangan ekonomi dan perdagangan. Di dalam ranah politik Australia, kontroversi bermunculan, dengan mantan perdana menteri (PM) Australia Paul Keating mengkritik pemerintah karena memusuhi China dengan mengikuti agenda geopolitik Washington.

Tidak ada alasan yang membenarkan terjadinya hubungan yang tegang antara China dan Australia, karena kedua negara tidak memiliki konflik historis dan tidak bersaing secara ekonomi. Sebaliknya, kedua negara ini memiliki komplementaritas ekonomi yang signifikan, dan ada potensi besar untuk kerja sama ekonomi dan perdagangan.

Sejak 2009, China telah menjadi mitra dagang, pasar ekspor, dan sumber impor terbesar Australia selama 15 tahun berturut-turut. Pada 2023, perdagangan barang bilateral naik 4,1 persen secara tahunan (year on year/yoy), sementara investasi Australia di China naik 11,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. China juga merupakan importir utama produk pertanian dan mineral dari Australia.

Untungnya, pertukaran tingkat tinggi telah membawa hubungan bilateral kembali ke jalur yang benar, membuka jalan bagi pemulihan perdagangan dan investasi.

Pada November 2022, Presiden China Xi Jinping bertemu dengan PM Australia Anthony Albanese di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, dan mencapai konsensus penting untuk mempercepat peningkatan hubungan bilateral. Hampir setahun kemudian, Albanese mengunjungi Beijing dan menghadiri Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) di Shanghai.

Pada April 2024, Australia menghentikan kebijakan antidumping terhadap pembangkit listrik tenaga bayu China setelah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memutuskan bahwa pemberlakuan tarif oleh Australia terhadap produk baja China tidak tepat. Sementara itu, China telah membatalkan tarif antidumping terhadap anggur Australia dan membatalkan larangannya terhadap sejumlah eksportir daging sapi dan domba dari negara itu. Kabar baik lainnya di bidang perdagangan diperkirakan akan menyusul.

"Komplementaritas ekonomi merupakan inti dari hubungan bilateral. Fokus pada bidang-bidang yang memiliki kepentingan bersama yang menguntungkan akan menciptakan atmosfer yang positif bagi dialog untuk terus memperluas dan meningkatkan hubungan bilateral," ujar Warwick Powell, adjunct professor di Universitas Teknologi Queensland (Queensland University of Technology/QUT).

"Ada juga sejumlah besar pengetahuan yang sedang dikembangkan di China, mulai dari solusi energi terbarukan, material baru, bioteknologi, solusi perawatan kesehatan dan nutrisi, dan masih banyak lagi, yang dapat bermanfaat bagi perusahaan, peneliti, dan konsumen Australia," ujar Powell.

Hubungan yang berkembang antara China dan Australia selama beberapa dekade menyoroti bahwa menghindari campur tangan eksternal dan mengejar kerja sama yang saling menguntungkan, alih-alih konfrontasi, merupakan kepentingan terbaik bagi kedua belah pihak.

Seperti yang ditekankan oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam kunjungannya ke Australia pada Maret lalu, guna menjaga hubungan China-Australia tetap berada di jalur yang benar, kedua belah pihak harus berjuang mencapai kemajuan yang stabil dan baik ke arah yang benar.

Atas dasar saling menghormati dan dengan komplementaritas ekonomi, China dan Australia melihat potensi dan prospek kerja sama yang tidak terbatas.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
COPYRIGHT © ANTARA 2024