Mataram (ANTARA) - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menurunkan petugas untuk melakukan pengecekan dan pemadaman kebakaran lahan di kawasan Gunung Rinjani.

"Tim dari Resort Aik Berik pagi ini persiapan menuju lokasi titik api atau lokasi kebakaran," kata Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNGR Budi Soesmardi di Praya, Senin.

Baca juga: Pemkab Kapuas Hulu dan perusahaan sawit kolaborasi antisipasi karhutla

Ia mengatakan, kebakaran itu terjadi pada Minggu (16/06) sore, setelah terlihat titik api atau kepulan asap dari Danau Segara Anak. Penyebab kebakaran belum bisa dipastikan, karena tim belum sampai ke lokasi kebakaran.

"Lokasi diperkirakan di jalur pendakian Aik Berik Lombok Tengah," katanya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan berdasarkan monitoring dan prediksi curah hujan dasarian, delapan daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi untuk bersiaga mengalami kekeringan meteorologis.

Potensi kekeringan tersebut sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan dan berpotensi siaga serta waspada di delapan daerah tersebut.

Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Anggitya Pratiwi mengatakan potensi daerah level siaga kekeringan terjadi di Kabupaten Dompu (Kecamatan Kempo, Kilo, Pajo), Kabupaten Bima (Kecamatan Belo, Donggo, Lambitu Palibelo, Wawo, Wera).

Baca juga: Hujan buatan disebar di Riau hingga awal Juli cegah karhutla

Kemudian, Kota Bima (Kecamatan Raba, Rasanae Timur), Kabupaten Lombok Barat (Kecamatan Lembar), Lombok Timur (Kecamatan Sambelia), Kabupaten Lombok Utara (Kecamatan Bayan), Sumbawa (Kecamatan Labuhan Badas, Lape, Moyohilir, Sumbawa, Unter Iwes), dan Kabupaten Sumbawa Barat di Kecamatan Jereweh.

"Aliran masa udara wilayah Indonesia bagian Selatan termasuk NTB, sudah didominasi angin timuran," katanya.

Memasuki musim kemarau warga NTB diimbau menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan, serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.

"Masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air, seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi kekurangan air, kebakaran lahan, khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan," katanya.

Baca juga: BMKG ingatkan potensi kebakaran hutan dan lahan di Pulau Timor

Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Sambas
COPYRIGHT © ANTARA 2024