Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiapkan konsep pengolahan limbah kayu dan ranting pohon menjadi serbuk kayu yang dipadatkan dan bisa dijadikan sebagai bahan bakar alternatif terbarukan yang ramah lingkungan.

Kepala Bidang (Kabid) Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya di Mataram, Senin, mengatakan untuk pengolahan limbah kayu ini akan diterapkan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo Ampenan yang saat ini proses pembangunannya dalam tahap tender dengan anggaran Rp80 miliar bantuan dari pemerintah pusat.

"Rencana kita membuat pelet kayu dari limbah serbuk kayu yang dipadatkan segera kita realisasikan di TPST Kebon Talo," katanya.

Dengan demikian, limbah kayu dari hasil perantingan pohon pelindung atau pohon tumbang dapat dimanfaatkan secara optimal, tidak dibuang begitu saja.

Baca juga: Kerajinan limbah kayu asal Purbalingga bidik pasar ekspor

Baca juga: Perajin Bantul olah limbah kayu dan resin menjadi aneka kerajinan


Potensi penerapan teknologi termal di TPST Kebon Talo sudah dipantau langsung oleh Kementerian PUPR.

Pengolahan sampah melalui proses termal merupakan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan tujuan utama memusnahkan sampah secara cepat dan signifikan bahkan bisa menghasilkan listrik.

Teknologi termal ini juga dapat menjadi percontohan teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan, sebab hasil pembakaran menjadi uap air dan itu sudah diterapkan di Singapura.

"Tapi kementerian, sudah dapat teknologi untuk menerapkan," katanya.

Karena itulah, katanya, ke depan di TPST Kebon Talo kayu dan ranting pohon itu diolah menjadi serbuk kayu yang dipadatkan berbentuk pelet, dan bisa dimanfaatkan jadi bahan bakar alternatif sehingga memiliki nilai ekonomis tinggi.

"Kalau sampah kayu ini bisa diolah menjadi pelet, maka ke depan bisa menjadi potensi baru pendapatan daerah (PAD) dari sampah," katanya.

Lebih jauh Vidi mengatakan lahan untuk pembangunan TPST Kebon Talo mencapai sekitar satu hektare, maka volume pengolahan sampah bisa tiga kali lipat dibandingkan dengan TPST Sandubaya yang saat sedang diuji coba dengan volume sampah sekitar 40-46 ton per hari.

Apabila TPST Kebon Talo terbangun dan dimanfaatkan, maka sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok Lombok Barat, bisa terus berkurang.

"Di TPST Kebon Talo, kita target bisa mengolah sampah hingga 120 ton per hari," katanya.

Sementara data DLH Kota Mataram menyebutkan volume sampah di Kota Mataram secara keseluruhan di enam kecamatan saat ini tercatat sebanyak 240 ton per hari, dengan rincian 60 persen merupakan sampah organik, 30 persen plastik, sisanya berupa limbah kayu, diaper, kaca, dan sejenisnya.*

Baca juga: UMKM Uleen ubah limbah jadi produk ekspor ke empat negara

Baca juga: PPKS olah limbah batang sawit jadi kayu lapis

Pewarta: Nirkomala
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2024