Jinan (ANTARA) - Mengenakan pakaian selam lengkap dengan tabung oksigen, Zhang Peidong, seorang profesor dari Ocean University of China (OUC), menyelam ke perairan laut lepas pantai Kota Weihai di Provinsi Shandong, China timur, untuk mengambil sampel dari dasar laut dan membawanya kembali untuk diuji.

"Saya sudah menyelam selama 16 tahun, tetapi masih sangat antusias setiap kali menyelam karena saya dapat melihat 'padang rumput' bawah laut yang tumbuh subur dengan ikan-ikan, kerang, teripang, serta hewan-hewan laut lainnya. Suasana yang sangat hidup dan semarak ini sungguh menyenangkan," kata Zhang.
​​​
"Padang rumput" bawah laut mengacu pada area dasar laut yang ditumbuhi tanaman lamun (seagrass), atau kerap juga disebut sebagai padang lamun. Ekosistem ini menjadi habitat sekaligus tempat berlindung bagi berbagai kehidupan laut. Namun, akibat aktivitas manusia dan perubahan lingkungan, sejumlah besar padang lamun di dunia kini mulai terdegradasi.

Pada 2008, Zhang, yang baru saja memperoleh gelar doktor dari OUC, dan rekannya, Li Wentao, yang saat itu sedang mengejar gelar doktor di universitas yang sama, datang ke Teluk Rongcheng di Weihai, area yang mewakili habitat padang lamun di China. Keduanya mendapati masalah yang cukup mengkhawatirkan.

"Jumlah angsa yang melewati musim dingin di Danau Angsa menurun drastis akibat berkurangnya populasi lamun secara signifikan, yang merupakan sumber makanan utama bagi burung-burung tersebut," kata Li.

Krisis ekologi bawah laut mendorong kedua akademisi tersebut untuk menyesuaikan arah penelitian mereka dari akuakultur ke restorasi ekologi dasar laut, yang saat itu belum banyak mendapat perhatian.

Sebuah perusahaan yang berbasis di Weihai, Mashan Group, juga tertarik dengan perlindungan ekologi laut, dan sejak saat itu memberikan berbagai dukungan secara cuma-cuma termasuk seminar, ruang kantor, katering, dan akomodasi, serta tenaga kerja untuk tim peneliti tersebut.

Wang Xiaodong, selaku manajer umum Mashan Group, mengatakan bahwa sebagian besar karyawan perusahaan mereka merupakan anak-anak nelayan yang bersedia melakukan sesuatu untuk membantu merestorasi padang lamun.

Setelah sekian lama bekerja keras, tim peneliti itu akhirnya berhasil mengembangkan teknologi rekayasa budi daya bibit eelgrass setelah menemukan pola pertumbuhan dan waktu terbaik untuk memetik benih tanaman tersebut.

Kemajuan teknologi ini telah membantu mempersingkat tahap perkecambahan eelgrass dari hampir tiga bulan di lingkungan alami menjadi hanya 10 hari.

Para peneliti juga berhasil mengembangkan beberapa set peralatan untuk meningkatkan efisiensi budi daya yang telah memiliki hak kekayaan intelektual independen.

Dalam 16 tahun terakhir, tim peneliti tersebut telah berpartisipasi dalam lebih dari 10 proyek restorasi ekologi bawah laut di China, yang membantu merestorasi dan memelihara lebih dari 1.333 hektare padang lamun di Laut Kuning dan Laut Bohai. Sementara itu, Mashan Group, berkat kerja sama eratnya dengan tim peneliti tersebut, juga telah berkembang menjadi kekuatan penting dalam proyek restorasi ekologi laut di Provinsi Shandong.

Saat ini, lebih dari 40 persen padang lamun di Danau Angsa telah direstorasi, menarik semakin banyak angsa yang datang ke area tersebut untuk menghabiskan musim dingin. Teknologi restorasi padang lamun ini juga telah diterapkan di sejumlah provinsi lain di China, termasuk Hebei dan Liaoning, yang telah membantu meningkatkan kualitas air dan keanekaragaman hayati setempat. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2024