Makkah (ANTARA) - Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo mengatakan kebijakan Murur yang diterapkan pemerintah pada musim haji tahun ini membuat jamaah lanjut usia, disabilitas, dan risiko tinggi tak terlalu mengalami kelelahan.

"Murur dampaknya luar biasa. Sehingga, dengan Murur itu indikatornya kalau kita secara logika saja, di pos kesehatan Mina juga nggak begitu banyak yang sakit," ujar Liliek saat meninjau pos kesehatan di jalur Jamarat, Mina, Selasa.

Baca juga: MUI: Jamaah lansia lebih baik ikut skema murur demi keselamatan

Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah.

Jamaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.

Skema ini baru pertama kali diterapkan bagi jamaah Indonesia. Sekitar 55 ribu orang kategori lansia, risiko tinggi (rist, dan disabilitas ikut dalam skema ini dan dampaknya mengurangi kepadatan di Muzdalifah.

Pergeseran dari Muzdalifah ke Mina pun tak mengalami hambatan yang berarti. Tahun lalu, pergerakan jamaah dari Muzdalifah ke Mina tersendat karena jalur lintasan macet.

"Murur itu juga bagus sekali,karena sekian waktu proses pemindahan jamaah dari Muzdalifah ke Mina yang tahun kemarin menimbulkan banyak masalah karena adanya kemacetan itu bisa dihindarkan," katanya.

Baca juga: Menag minta mitigasi kepadatan di Muzdalifah meski ada skema murur

Baca juga: Menag: Murur pertimbangkan aspek hukum fikih dan keamanan jamaah


Selain itu, skema Murur membuat jamaah lansia, risti, dan disabilitas memiliki waktu yang panjang untuk beristirahat.

"Ini juga sebenarnya antisipasi untuk menghindarkan jamaah kita mengalami sakit atau mungkin kelelahan yang lebih di cuaca yang seperti ini," kata dia.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2024