Natuna (ANTARA) - TNI Angkatan Udara yang bertugas di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau-- wilayah perbatasan Indonesia dan China--, memiliki cara tersendiri untuk menarik perhatian warga sekitar agar pasukan ini tidak ditakuti.

Cara yang dilakukannya yakni dengan rutin menggelar pameran alutsista di Markas Komando Pangkalan TNI Angkatan Udara Raden Sadjad (Lanud RSA) Natuna.

Alutsista yang kerap dipamerkan, antara lain, pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Heli H225M Caracal dari Skadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja, Bogor, dan Oerlikon Skyshield dari Denhanud 477 Kopasgat Natuna, serta persenjataan lainnya.

Uniknya, mereka tidak hanya memamerkan alat utama (alut) saat berada di daratan, namun  juga memamerkan manuver pesawat tempur dasar (BFM) dari pesawat tempur F-16 Fighting Falcon.

Warga juga diperbolehkan untuk mengabadikan gambar alut yang dipamerkan, bahkan warga diperbolehkan untuk berfoto bersama pilot-pilot dan prajurit yang mengoperasikan alut-alut tersebut.

Tanpa kenal lelah, para prajurit melayani setiap warga yang hendak berfoto bersama mereka, bahkan mereka menerima permintaan warga yang ingin mengabdikan gambar dengan pose-pose tertentu dengan mereka.

Selain itu, para prajurit TNI AU juga memperkenalkan alat-alat kepada para warga yang datang untuk menyaksikan pameran serta menjelaskan tugas dan fungsi dari alat-alat tersebut.

Menurut Komandan Lanud RSA Natuna Kolonel Dedy Iskandar, tujuan pameran adalah untuk mengubah persepsi bahwa TNI menakutkan dan harus dijauhi.

Pameran juga bertujuan untuk mengenalkan alut-alut yang dibeli dengan uang negara kepada warga serta guna meyakinkan warga bahwa TNI AU memiliki alat canggih dan siap menjaga wilayah perbatasan.

Pameran itu sendiri telah digelar pada April lalu dan dijadwalkan kembali diadakan pada bulan-bulan berikutnya.


Akses jalan

Upaya lain untuk membuktikan bahwa TNI tidak perlu ditakuti, maka Lanud RSA Natuna memperbolehkan masyarakat untuk melewati jalan yang berada di markas mereka.

Marga tersebut bernama Jalan Komodor Muda Udara Adi Sucipto, yang merupakan satu dari dua jalan penghubung Kota Tua Penangi dengan Kota Ranai.

Jalan tersebut kerap digunakan warga untuk membawa barang dagangan karena merupakan akses terdekat menuju Kota Ranai dan Kota Tua Penagi. Selain itu, warga juga kerap melewati jalan tersebut dengan tujuan untuk menghibur diri lantaran pemandangan di sepanjang jalan itu sangat indah, perumahan TNI yang rapi dan asri dengan tanaman hijau di sekitar, yang  membuat mata nyaman.

Selain itu, senyum ramah para prajurit penjaga portal masuk dan keluar serta prajurit di dalam kompleks saat berpapasan, menambah gembira warga saat melintas sehingga warga semakin cinta serta nyaman untuk melewati dan dekat dengan mereka.

"Kalau mereka (prajurit Lanud RSA) tidak murah senyum, kami tidak akan berani lewat," ucap warga Natuna, Indra.

Senyum yang ditebar para prajurit TNI itu mengisyaratkan bahwa sesungguhnya memang tidak ada jarak antara tentara dengan rakyat.

Namun, akses yang diberikan hanya sebatas penggunaan jalan. Setiap warga yang melintas akan dipantau agar tidak memasuki wilayah-wilayah strategis atau wilayah yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu.

Selain itu, setiap pengguna jalan wajib mematuhi aturan lalu lintas dengan menggunakan peralatan lengkap.
Penambalan jalan. ANTARA/HO-Lanud RSA Natuna
Tidak hanya itu, guna memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan, Lanud RSA pada Juni 2024 menambal lubang-lubang di jalan tersebut. Ada 30 lubang yang ditambal dengan panjang dan lebar yang bervariasi antara 1--2 meter.

Lubang-lubang jalan itu ditambal dengan semen oleh para prajurit Lanud RSA dengan cara gotong royong.

Selain bertujuan untuk memberi kenyamanan, penambalan jalan juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas.


Evakuasi

Selain upaya-upaya di atas, TNI AU juga kerap melakukan operasi militer selain perang (OMSP) untuk membuktikan kemanunggalan mereka dengan rakyat, khususnya di wilayah perbatasan.

OMSP yang dilakukan yakni membantu mengevakuasi pasien-pasien yang dirujuk ke luar Natuna dengan menggunakan pesawat Hercules milik mereka.
Evakuasi pasien. ANTARA/HO-Lanud RSA Natuna
Pasien-pasien dari Natuna kerap dirujuk keluar daerah karena harus mendapatkan penanganan  lebih lanjut di rumah sakit tujuan. 

Para pasien dan keluarganya kerap menjadikan pesawat TNI AU sebagai alternatif pertama untuk membawa mereka ke luar daerah karena harga transportasi udara dari Natuna ke luar daerah mencapai Rp2--3 juta dua untuk satu orang sekali berangkat.

Adapun transportasi laut, hal ini nyaris tidak memungkinkan digunakan karena butuh waktu lama, 2--3 hari untuk sampai ke daerah luar atau tempat rujukan.

Selain membantu mengevakuasi pasien ke luar daerah, prajurit TNI AU yang bertugas di Natuna juga kerap membantu mengevakuasi pasien dari atas kapal ke pelabuhan Penagi, Kecamatan Bunguran Timur dan juga sebaliknya.

Tidak hanya itu, TNI AU di Natuna juga kerap melibatkan diri untuk mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi oleh warga, mulai dari mengevakuasi korban banjir, korban longsor, dan korban cuaca ekstrem lainnya.

Para prajurit TNI AU selalu siap 24 jam untuk membantu masyarakat yang tengah mengalami kesulitan.

"Untuk proses pemadaman kebakaran, kami kerap mendapat bantuan dari TNI AU serta pihak-pihak lainnya," ucap Kepala Dinas Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkar) Kabupaten Natuna Syawal.

Karena TNI memang lahir dari rakyat maka selama ini prajurit juga selalu berusaha dekat dengan masyarakat.

Editor: Achmad Zaenal M



 

Pewarta: Muhamad Nurman
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2024