Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- Bagi Presiden Tiongkok Xi Jinping, perkataan dan perbuatan Sang Ayah Xi Zhongxun (1913-2002) yang berpegang pada prinsip "pelayan rakyat" merupakan pusaka keluarga yang sangat berharga. Prinsip ini juga mendasari pandangan Xi Jinping tentang kehidupan, karier, dan filosofi.


Father's Influence on Xi to Be Public Servant of People

Di sebuah aula pameran yang berlokasi di bekas kantor Partai tingkat Suide, Provinsi Shaanxi, Tiongkok Barat Laut, ada kalimat yang sangat menarik: "berdiri tegak di sisi rakyat". Kalimat ini diucapkan Xi Zhongxun yang sempat menjabat Ketua Partai Tingkat Suide.

"Ayah menuntut kami agar menjalani kehidupan yang bersahaja. Kami tak hanya mengenakan pakaian tambal sulam, namun juga pakaian bekas saudara laki-laki dan perempuan yang lebih tua. Saudara laki-laki yang lebih tua memberikan pakaian bekasnya kepada saudara perempuan yang lebih muda. Lalu, saudara perempuan yang lebih muda memberikan pakaian tersebut kepada saudara laki-laki yang lebih muda. Kami juga tak boleh menyisakan sebutir nasi pun di piring. Keluarga kami menerapkan tradisi zaman revolusi secara ketat," kenang Presiden Xi.

Xi Zhongxun mengajari anak-anaknya lewat perkataan dan perbuatan agar mereka tetap mempertahankan cita-cita pendiri bangsa. Dia "berasal dari rakyat" dan selalu memikirkan nasib rakyat, serta mengutamakan masyarakat sepanjang hidupnya.

Tindak tanduk Xi Zhongxun meninggalkan kesan mendalam bagi Xi Jinping. Dari sebuah desa kecil hingga menjadi Komite Sentral Partai, dan dari sekretaris Partai tingkat desa hingga menjadi sekretaris jenderal Partai, Xi Jinping selalu memikirkan nasib rakyat dan negara. Dia mengabdi kepada rakyat dan menganggap cita-cita rakyat untuk menjalani kehidupan yang lebih baik sebagai tujuan utamanya.

"Dia menuntut kami agar bekerja dengan baik, belajar sungguh-sungguh, dan menangani segala sesuatu dengan serius. Bagi kami, hal tersebut menjadi moto yang harus diwariskan kepada generasi masa depan. Ketika Xi Zhongxun bergabung dalam revolusi, dia tidak menganggap dirinya sebagai kader, namun warga biasa. Maka, dia bekerja dari satu desa ke desa lain, dari satu rumah ke rumah lainnya," jelas Qi Xin, Ibu Xi Jinping.

"Dia selalu percaya bahwa saya harus menjadi bagian dari rakyat dan tidak boleh berpisah dengan rakyat. Kakek saya dulunya seorang petani, dan Ayah saya bergabung dalam revolusi sebagai petani. Saya bahkan bekerja sebagai petani selama tujuh tahun. Saya selalu memikirkan kendala yang dihadapi rakyat. Nasib rakyat adalah hal yang paling utama," kata Presiden Xi.

"Dari rakyat, untuk rakyat, demi kepentingan rakyat." Perkataan dan perbuatan Ayah Xi berasal dari semangat revolusi dua generasi komunis Tiongkok. Prinsip tersebut mencerminkan rasa cinta antara ayah dan putranya sekaligus komitmen sebagai pelayan rakyat.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2024