Tokyo (ANTARA) - Jepang mencatatkan defisit perdagangan senilai 1,22 triliun yen (1 yen = Rp103,75) atau sekitar 7,7 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.368) pada Mei 2024, ungkap laporan pemerintah pada Rabu (19/6).

Negara itu masih berada di zona merah untuk bulan kedua, saat pelemahan yen mengimbangi keuntungan dari pertumbuhan ekspor yang kuat dan mencatatkan rekor tertinggi bulan lalu sekaligus menggenjot nilai impor.

Total nilai ekspor negara itu meningkat 13,5 persen dari setahun sebelumnya menjadi 8,28 triliun yen, rekor tertinggi untuk Mei, yang didorong oleh kian menguatnya permintaan mobil dan mesin pembuat cip, tunjuk data awal dari Kementerian Keuangan Jepang.

Sementara itu, total nilai impor meningkat 9,5 persen secara tahunan (year on year) menjadi 9,5 triliun yen, yang didorong antara lain oleh produk minyak bumi dan minyak mentah.

Dari segi tujuan, nilai ekspor Jepang ke Amerika Serikat (AS) tumbuh 23,9 persen menjadi 1,70 triliun yen, sementara nilai impornya melonjak 29,7 persen menjadi 1,23 triliun yen, sehingga membukukan surplus sebesar 473,64 miliar yen, naik 10,9 persen dari setahun sebelumnya.

Dengan China, Jepang mencatatkan defisit perdagangan senilai 533,09 miliar yen, sementara nilai ekspor dan impornya masing-masing naik 17,8 persen dan 12,3 persen, yang keduanya mencapai rekor tertinggi pada bulan yang sama, tunjuk data itu.

Nilai ekspor keseluruhan Jepang ke Asia, termasuk China, naik 13,6 persen, sementara nilai ekspor keseluruhan negara itu ke Uni Eropa merosot 10,1 persen dalam periode yang dilaporkan. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2024