Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyatakan keputusan politik menentukan pembangunan narasi kebudayaan di Indonesia.

“Kita saat ini punya berbagai gagasan tentang kebudayaan, yang saya kira perlu dilakukan sekarang adalah menentukan, dari sekian banyak gagasan yang ada itu fokusnya apa sih, dan ini memang memerlukan keputusan politik,” kata Hilmar saat ditemui di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis.

Ia menegaskan apabila keputusan politik itu sudah diambil, maka tidak boleh lagi diganggu gugat sehingga tetap berkelanjutan meski ada pergantian pemerintahan.

“Sekali keputusan itu diambil, jangan kemudian ketika ada pergantian pemerintahan itu fokusnya bergeser lagi. Kita enggak akan sampai,” ucapnya.

Hilmar mencontohkan Korea Selatan yang telah berhasil fokus membangun narasi budaya pop yang dibangun selama 25 tahun dengan investasi besar, sehingga fokusnya tidak lagi teralihkan.

Baca juga: Kemendikbudristek berikan dana apresiasi tahunan kepada 44 seniman

Menurutnya, Indonesia perlu memiliki kesadaran bahwa untuk membangun narasi kebudayaan dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.

“Yang paling penting kan kesadaran bahwa geraknya kebudayaan ini memerlukan waktu untuk bisa sampai seperti Korea Selatan. Mereka 25 tahun dan investasinya besar, fokus betul-betul masuk ke dalam kebudayaan pop,” ujar Hilmar.

Hilmar juga mengemukakan Indonesia memiliki cagar budaya yang sangat beragam dan apabila sudah ditentukan dalam satu fokus dengan memperkuat kelembagaannya, maka narasinya akan terbangun dengan baik.

“Kita punya banyak sekali, cagar budaya kita luar biasa, warisan budaya tak benda juga luar biasa. Kita punya seniman modern, kontemporer, jadi dimensinya bisa dibilang jauh lebih kaya dibandingkan dengan Korea. Tetapi pada saat bersamaan ini juga tantangannya, untuk memilih mana sih yang mau dijadikan fokus, dan pengambil keputusan apabila 25 tahun melakukan investasi dan memperkuat kelembagaannya, lalu memastikan adanya sumber daya manusia ke arah sana, maka dia bisa berjalan dengan baik,” papar Hilmar.

Baca juga: Indonesia perkenalkan kebudayaaan di BUFS Korea Selatan

Menurutnya, apabila narasi kebudayaan berhasil difokuskan pada satu gagasan dan tidak diganggu gugat, maka Indonesia bisa memiliki kekuatan budaya yang luar biasa, bahkan berkembang melebihi level Asia.

“Kalau dia uninterrupted (tidak diganggu) selama 25 tahun, maka di tahun 2045 kita akan punya kekuatan budaya yang luar biasa, bukan hanya di tingkat Asia saya kira ya,” tuturnya.

Ia juga menekankan pentingnya melibatkan pelaku budaya untuk menentukan fokus gagasan kebudayaan.

“Harus dilakukan oleh para pelaku, karena para pelaku yang sejatinya paling tahu apa kekuatan sesungguhnya. Nah, pilihan-pilihan inilah yang kemudian diberikan kepada pemerintah untuk memutuskan, mana dari sekian banyak ini yang akan difokuskan,” ujar Hilmar Farid.

Baca juga: Dirjen Kebudayaan lepas KRI Dewaruci lintasi jalur rempah Indonesia

 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2024