Phnom Penh (ANTARA) - Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) bilateral telah membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kamboja dan mendiversifikasi ekspor, kata Perdana Menteri Kamboja Hun Manet pada Rabu (19/6).

Kamboja adalah negara anggota perjanjian RCEP yang melibatkan 15 negara Asia-Pasifik, dan negara Asia Tenggara itu juga memiliki FTA bilateral dengan China, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.

"Sebagai anggota aktif Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) dan RCEP, Kamboja memiliki peluang besar untuk mengakses pasar yang besar," katanya pada Forum Bisnis Kamboja-Singapura yang digelar di Singapura dan pidatonya disiarkan secara langsung di TVK yang dikelola pemerintah.

FTA bilateral dengan China, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab juga semakin memperkuat pertumbuhan ekonomi Kamboja dan mendiversifikasi ekspornya, tutur Hun Manet, menambahkan bahwa perekonomian kerajaan tersebut diproyeksikan mencapai tingkat pertumbuhan 6 persen pada 2024, naik dari 5 persen pada 2023.

Di sisi ekspor, Kamboja mengirimkan produk senilai 10,18 miliar dolar AS ke pasar internasional dalam lima bulan pertama 2024, naik 10,8 persen dari 9,18 miliar dolar pada periode yang sama tahun lalu, menurut laporan Kementerian Perdagangan Kamboja.

Ekspor ke negara-negara RCEP lainnya mencapai 3,97 miliar dolar atau 39 persen dari total ekspor kerajaan tersebut. Selama periode Januari-Mei tahun ini, angkanya naik 12,4 persen dari 3,53 miliar dolar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, imbuh laporan itu.

RCEP terdiri dari 15 negara termasuk 10 negara anggota ASEAN yaitu Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, serta lima mitra dagang mereka, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
COPYRIGHT © ANTARA 2024