Jakarta (ANTARA) - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan perkembangan perekonomian terkini, kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.

“Saya bersama dengan Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK dan Ketua Dewan Komisioner LPS, di dalam forum KSSK, menyampaikan kepada Bapak Presiden berbagai perkembangan terkini dinamika market dan juga dari sisi perkembangan pembahasan APBN kita dengan DPR. Karena kita sedang dalam penyusunan RAPBN 2025,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani usai pertemuan KSSK dengan Presiden di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis.

Sri Mulyani mengatakan saat ini Indonesia mencermati isu terkini baik dari sisi global, menyangkut politik global dan berbagai perkembangan yang terjadi dari perekonomian di Amerika Serikat, Eropa dan China yang memiliki potensi pengaruh ke perekonomian nasional.

“Itu akan kita terus pantau bagaimana meminimalkan dampak negatif kalau terjadi seperti keputusan mengenai Fed Funds Rate, yang beberapa kali akan menurunkan suku bunga dan juga perkembangan di Eropa,” jelasnya.

Indonesia juga melihat pergerakan terutama dari sisi nilai tukar dan yield Surat Berharga Negara (SBN) yang belakangan sangat dipengaruhi faktor fundamental, yang sejatinya memiliki posisi sangat kuat.

Menurut Sri Mulyani, jika melihat fundamental seperti indeks penjualan riil masyarakat yang mencerminkan konsumsi masyarakat mengalami pemulihan terutama pada Mei dan Juni, lalu Mandiri Spending Index, kepercayaan masyarakat, konsumsi semen, listrik, dan Purchasing Managers Index (PMI), semuanya masih dalam kondisi relatif terjaga dan menjadi fondasi cukup baik untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua.

“Kredit perbankan juga mengalami kenaikan, dalam hal ini jumlah ekspansi kreditnya, baik kredit investasi, modal kerja, konsumsi dan ini menggambarkan fungsi intermediary perbankan juga mengalami hal yang positif atau meningkat cukup baik. jumlah kredit growth juga mencapai 12,3 persen, dan total peningkatan dari dana pihak ketiga juga meningkat 8,1 persen,” jelasnya.

Sementara itu mengenai APBN, Sri Mulyani menyampaikan APBN tahun 2024 yang sekarang sedang berjalan, akan tetap dikelola secara hati-hati.

Dia mengatakan memang ada beberapa hal yang mengalami pergerakan seperti kurs, harga minyak maupun dari sisi yield SBN yang mempengaruhi postur. Namun hal itu sudah dipantau dari sisi implikasi pembiayaan.

“Seperti diketahui bahwa untuk defisit tahun ini diperkirakan masih ada di maksimum 2,8 persen. Pembiayaan kita jaga baik menggunakan sisa (saldo) anggaran lebih atau SAL tahun lalu yang bisa mencapai Rp100 triliun. Kita gunakan untuk menurunkan kebutuhan pembiayaan melalui market, dan ini bisa menjaga yield SBN kita pada level yang meskipun mengalami kenaikan masih tetap terjaga baik,” paparnya.

Kementerian Keuangan sendiri, kata Sri Mulyani, juga berkoordinasi dengan Bank Indonesia, yang terus mencoba menjaga stabilitas nilai tukar. Menurutnya, otoritas fiskal dan moneter bekerja dan berkoordinasi baik dalam dinamika pasar dan juga dinamika global yang tinggi.

Baca juga: Sri Mulyani waspadai dampak BI Rate terhadap penerimaan pajak RI
Baca juga: OJK sampaikan sejumlah langkah jaga stabilitas sektor jasa keuangan
Baca juga: BI: Rupiah akan kembali menguat ke Rp16.000 di bulan depan

 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2024