Ankara (ANTARA) - Sebuah laporan baru yang dikeluarkan Komisi Anti Rasisme Dewan Eropa mengungkapkan bahwa insiden kekerasan terhadap Muslim telah meningkat sejak dimulainya konflik di Gaza pada Oktober tahun lalu.

"Muslim disalahkan atas serangan itu dan serangan lain di Timur Tengah, berdasarkan stereotip terhadap seluruh komunitas dan anggapan mereka terkait dengan penggunaan kekerasan,” kata komisi itu dalam laporan tahunannya pada Kamis.

Umat Islam, terutama siswi sekolah di beberapa negara, yang "mengenakan simbol agama atau pakaian tradisional yang terlihat jelas kadang-kadang dikaitkan dengan terorisme atau ekstremisme,” tambah laporan itu.

Dalam beberapa kasus, umat Islam ini juga dijadikan sasaran diskriminasi dalam mendapatkan layanan kesehatan, menurut publikasi itu.

Hal tersebut berkaitan dengan Israel yang melancarkan serangan militer di Jalur Gaza setelah serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023.

Hampir 37.400 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 85.500 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Lebih dari delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei.


Sumber: Anadolu
Baca juga: Sam Altman desak komunitas TI beri dukungan bagi kolega Muslim
Baca juga: Rusia siap bekerja sama dengan dunia Muslim cegah krisis Gaza meluas
Baca juga: Pemukim Yahudi sayap kanan serbu Masjid Al-Aqsa dengan kawalan polisi

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2024